Kuta Sudah Sangat Banyak Berubah
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Dibanding dulu Kuta kini sudah sangat berubah. Turis yang tahu kondisi Kuta dulu sakit hati melihat kondisi Kuta sekarang. Berikut penuturan pendiri Balawista atau penyelamat Pantai Kuta, I Gde Berata, salah seorang saksi sejarah perjalanan wisata kuta sejak era tahun 1960 an.
Musibah mulai terjadi saat Kuta dibom oleh kelompok Amrozi tahun 2002 tepatnya 12 Oktober 2002. 200 lebih orang tewas saat Sari Club serta Paddys, keduanya cafe paling ramai di kawasan itu, dibom hingga luluh lantak rata dengan tanah.
Tahun 2005 tepatnya 1 Oktober 2005, kembali kawasan Kuta Square tepatnya cafe RAJAS di bom, berberengan dengan 2 cafe di Jimbaran yakni cafe Nyoman dan cafe Menega. Pelaku bom bunuh diri ini diketahui karena mereka tak sengaja terekam kamera wisatawan.
Sejak itu Kuta mulai ditinggalkan pengunjung. Turis merasa tak aman tinggal di kawasan itu dan memilih tinggal di kawasan sejenis villa yang pengamanan dan privacynya lebih terjamin. Kawasan ini ada di Umalas Batubelig dan Canggu yang berada sekitar 7 km di bagian utara Kuta yang terkenal itu.
"Dibanding dulu, Kuta kini sudah sangat berubah. Turis yang tahu kondisi Kuta dulu sakit hati melihat kondisi Kuta sekarang," ujar Berata.
"Saat ini pedagang acung banyak di Kuta. Sekarang para turis mengaku sering diganggu saat sedang menikmati suasana pantai Kuta. Padahal turis yang berlibur ke Kuta ingin relaks tidak suka diganggu," imbuhnya.
Fasilitas yang ada sekarang di Pantai Kuta juga saat ini, kata Berata, lebih banyak dan lengkap. Dulu yang ada di pantai hanya penyewaan board atau papan untuk berselancar.
Fasilitas yang ada sekarang di Pantai Kuta juga saat ini, kata Berata, lebih banyak dan lengkap. Dulu yang ada di pantai hanya penyewaan board atau papan untuk berselancar.
"Kalau itu boleh dipulihkan lagi seperti dulu, jauh akan lebih baik. Tapi itu tidak mungkin karena perubahan pasti akan terjadi dimana saja," kata Berata.
"Tertibkan para pedagang acung, buatkan kios-kios agar tidak mendekati dan mengganggu wisatawan. Karena kebiasaan turis jika berlibur tidak suka diganggu. Jika turis merasa aman dan nyaman, maka dia akan melakukan promosi dari mulut ke mulut. Sebaliknya jika citranya jelek, maka turis akan menghilang," tegasnya.
Reporter: bbn/net