search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Terjadi Pendangkalan di Teluk Benoa Akibat Sedimentasi
Jumat, 12 Desember 2014, 20:29 WITA Follow
image

bbn/net/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bali, I Made Gunaja, mengatakan secara umum telah terjadi pendangkalan yang cukup mengkhawatirkan di Teluk Benoa akibat sedimentasi.

Pendangkalan ini akan semakin parah jika terus dibiarkan. Bahkan dengan itu akan berakibat arus air laut ke hutan mangrove akan terganggu.

Kondisi ini mengancam kelestarian hutan mangrove yang ada di Teluk Benoa karena tidak adanya alur untuk arus air laut ke hutan mangrove.

Selain itu, pendangkalan juga bisa menganggu aktivitas para penduduk di sekitar Teluk Benoa yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Karena, saat air laut surut, mereka tidak bisa beraktivitas mencari ikan dengan perahunya.

"Secara umum di sana (Teluk Benoa) ada pendangkalan, kalau dibiarkan, pendangkalan akan semakin tinggi, arus air laut yang ke mangrove pun akan terganggu, lama-lama mangrove bisa mati. Pendangkalan juga batasi aktivitas nelayan, karena pada saat air surut mereka tidak bisa beraktivtas mencari ikan dengan perahunya. Perahu nelayan tidak bisa berlayar kalau tidak ada arus air laut," kata Made Gunaja saat dihubungi, Jumat (12/12/2014), seperti dilansir inilah.com.

Menurutnya, selain adanya pendangkalan, sampah yang menumpuk juga menjadi permasahan di Teluk Benoa. Sehingga kawasan itu sudah seperti tempat pembuangan sampah (TPS). Setiap hari sampah yang diangkut hingga sebanyak empat truk.

"Faktanya sekarang sampah juga banyak di Teluk Benoa, tiap hari empat truk sampah yang diangkut dari sana. Kalau tidak dikelola akan berdampak juga ke mangrove karena akar mangrove tertutup sampah, lama-lama mangrove akan mati," kata Made Gunaja.

Untuk itu, perlu upaya-upaya untuk meningkatkan fungsi dan pemanfataan lahan di Teluk Benoa, yakni melalui revitalisasi kawasan Teluk Benoa.

Revitalisasi, dinilai bisa dilakukan dengan pertimbangan pokok menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, dan keberadaan fungsi kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, memperhatikan induk pelabuhan dan bandara Ngurah Rai, meningkatkan mata pencaharian penduduk, dan nelayan sekitar, serta menjaga nilai, adat, dan kondisi sosial masyarakat Bali.

"Revitalisasi di Teluk Benoa itu perlu dilakukan, karena kondisi dan fakta ekosistemnya sudah rusak. Revitalisasi ini bukan untuk semakin merusak, tapi meningkatkan fungsi dan pemanfaatan lahan dengan pertimbangan lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat Bali," kata Made Gunaja.

Dia meminta masyarakat tidak perlu khawatir lingkungan di Teluk Benoa akan rusak. Karena revitalisasi itu untuk memperbaiki dan meningkatkan lingkungan yang ada. Bila ada yang menyatakan ada terumbu karang di Teluk Benoa, ia membantah hal itu.

"Tidak ada terumbu karang di Teluk Benoa, terumbu karang itu adanya di Tanjung Benoa, itu di luar Teluk Benoa," ucapnya.

Revitalisasi juga ingin mengembalikan luas wilayah Pulau Pudut yang ada di Teluk Benoa. Saat ini, dari luas semula 12 hektar, hanya tinggal 1 hektar.

"Ada permohonan dari masyarakat untuk lakukan revitalisasi, agar bisa kembalikan Pulau Pudut jadi 12 hektar lagi," katanya.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami