search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Blue Bird Taxi Gugat PT Blue Bird Tbk Rp 6,6 Triliun
Senin, 9 Februari 2015, 14:45 WITA Follow
image

inilahcom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

PT Blue Bird Tbk mendapat gugatan dari PT Blue Bird Taxi atas penggunaan merek atau logo burung biru yang belum lama Initial Public Offering (IPO) di bursa saham, sebanyak Rp 6,6 triliun. 

Salah satu pemegang saham PT Blue Bird Taxi Mintarsih A Latief mengemukakan Direktur Utama PT Blue Bird (tanpa kata taxi) Purnomo Prawiro yang menggunakan fasilitas milik PT Blue Bird Taxi menyayangkan sikapnya mulai dari gedung hingga pengemudi, bahkan logo atau merek armada burung biru itu.

"Sejak awal beroperasi pada tahun 1972, armada taksi PT Blue Bird Taxi sudah menggunakan logo BURUNG BIRU. Penampakan armada PT Blue Bird Taxi lengkap dengan logo ini dapat dilihat di Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Hingga penghujung tahun 90an kondisi ini terus berjalan baik meski pemegang saham tidak sekalipun mendapat laporan keuangan dari Direktur Utama PT Blue Bird Taxi saat itu, Purnomo Prawiro," jelas Mintarsih dalam keterangan resmi ke redaksi Inilahcom, di Jakarta, Senin (9/2/2015).

Tahun 2012, lanjut dia, para pemegang saham sah PT Blue Bird Taxi dikejutkan aksi Direktur Utamanya, Purnomo Prawiro yang ternyata tanpa seizin pemegang saham telah mendirikan dan menjalankan secara penuh perusahaan bernama PT Blue Bird (Tanpa kata taxi), tahun 2001. Para pemegang saham PT Blue Bird Taxi ini menilai bukan hanya soal pendirian perusahaan dalam perusahaan ini saja, melainkan karena selama beroperasi hingga PT Blue Bird (tanpa kata taxi) menggelar IPO, telah menggunakan seluruh fasilitas milik PT Blue Bird Taxi tanpa izin.

"PT Blue Bird (tanpa kata Taxi) selain menggunakan logo, warna taksi yang sama, juga menggunakan kantor pusat, nomor telpon untuk pesanan taksi maupun keperluan lain yang sama, manajemen dan peralatan komputer yang sama, karyawan dan pengemudi termasuk seragam pengemudi yang sama, dan direktur yang sama. Yang membedakan hanya pemilik perusahaanya saja," tegas dia.

Untuk itulah, menurut dia, pihaknya sepakat menggugat jajaran direksi PT Blue Bird (tanpa kata taxi) atas penggunaan beragam fasilitas tanpa izin tersebut, khususnya penggunaan merek atau logo Burung Biru. Gugatan yang tidak main main ini bernilai Rp. 6,6 Triliun yang dihitung berdasarkan prosentase royalti hasil kotor nilai perusahaan yang dinyatakan Purnomo Prawiro cs saat menggelar IPO.

 

 

"Kami berharap gugatan ini juga bisa menyadarkan banyak pihak khususnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas kebohongan publik yang dinyatakan Purnomo CS saat gelaran IPO beberapa waktu lalu itu. Bahkan, untuk mengaburkan fakta, Direksi PT Blue Bird (tanpa kata taksi), Purnomo Prawiro cs, membuat issue seolah olah gugatan merek ini dilakukan perusahaan taksi lainnya, yakni PT Gamya. Bagaimana mungkin PT Gamya menggugat penggunaan merk atau logo burung biru oleh PT Blue Bird (tanpa kata Taxi), sementara Gamya memiliki merek atau logo yang jauh berbeda dan tidak memiliki kepentingan atas hal tersebut," kata dia.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami