search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jadi Sentra Budidaya Jeruk, Petani Kintamani Perlu Ubah Pola Tanam
Selasa, 25 Agustus 2015, 08:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BANGLI.

Beritabali.com, Kintamani. Petani Kintamani diharapkan mulai melakukan perubahan terhadap pola tanam jeruk. Menyusul ditetapkannya kawasan Kintamani sebagai sentra budidaya jeruk, khususnya jeruk siem. Sebagai sentra budidaya jeruk tentunya pengembangan jeruk di wilayah kintamani harus memberikan hasil maksimal. 
 
“Seperti wilayah Desa Katung dengan ketinggian rata-rata diatas 500 mdpl sangat cocok sebagai tempat pengembangan jeruk siem” kata Peneliti Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. Made Adnyana, MS saat melakukan penyuluhan budidaya jeruk di Desa Katung Kintamani Bangli (22/8/2015).
 
Adnyana mengingatkan petani juga perlu memperhatikan jarak tanam, karena selama ini jarang tanam adalah 3 x 3 meter. Padahal seharusnya jarak tanam yang baik untuk tanaman jeruk adalah 5 x 5 meter. Mengingat jika jarak antar tanaman sangat rapat tentu tidak baik karena tanaman tidak akan maksimal mendapatkan sinar matahari. 
 
“Jika terlalu rapat tanaman kurang mendapatkan sinar matahari, ini akan mengganggu proses fotosintesis” jelas Adnyana.
 
Adnyana menyampaikan pada proses pemeliharaan tanaman petani juga perlu memperhatikan proses pemupukan. Setidaknya petani melakukan pemupukan setiap bulan, namun selama ini petani sangat jarang melakukan pemberian pupuk secara rutin. Demikian juga saat melakukan penyiraman harusnya saat menyiram jangan sampai air menggenangi batang akar.
 
Sementara petani jeruk asal Desa Katung Nyoman Tumpel mengakui jarak tanam yang rapat dilakukan dengan harapan hasil yang lebih maksimal. Namun kenyataanya buah buah yang dihasilkan sangat jarang. Begitu juga pemupukan tiap bulan sangat sulit dilakukan, biasanya pemupukan dilakukan hanya dilakukan 6 bulan sekali. 
 
“Kalau pemupukan sebulan sekali sulit dilakukan, paling yang bias 6 bulan sekali” ujar Nyoman Tumpel. 
 
 
Petani Berharap Ada Pabrik Pengolahan Jeruk
 
Petani jeruk di Desa Katung - Kintamani Bangli berharap adanya pabrik pengolahan jeruk di kawasan Kintamani. Para petani berharap dapat lebih mudah menjual jeruk saat hasil panen melimpah. Sebab selama ini para petani merasa dipermainkan oleh para tengkulan.
 
Petani Jeruk Desa Katung-Kintamani Bangli Ketut Redes pada Sabtu (22/8/2015) di Kintamani mengatakan selama ini harga jeruk ditingkat petani sering dipermainkan oleh para tengkulak. Para tengkulak cenderung memberikan informasi yang menyesatkan dengan mengatakan harga jeruk jatuh karena masa panen. 
 
“Mereka memang membeli dengan sistem garuk, dengan harga jeruk di petani hanya Rp. 3000 perkilogram,” kata Redes. 
 
Menurut Redes, jika ada pabrik pengolahan jeruk di Kintamani maka akan sangat efektif dan menguntungkan bagi petani. Terutama untuk menjual jeruk yang kualitas paling rendah. Dengan adanya pabrik pengolahan setidaknya jeruk kualitas rendah tersebut dapat diolah menjadi jus atau minuman kemasan. Selain itu petani menjadi tidak tergantung dengan tengkulak dan bias mendapatkan harga jual yang lebih layak. 
 
“Selama ini para petani sering dipermaikan oleh para tengkulak,” tegas Redes.
 
Redes mengungkapkan selama ini beberapa petani jeruk mencoba menjual hasil panen ke pasar. Kenyataanya jeruk yang dibawa ke pasar tidak laku dan kembali dibawa pulang. Akhirnya para tengkulak bebas mempermainkan harga jeruk. [bbn/muliarta]

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami