search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sambut Tahun 2016, Warga Suwat Gelar Ritual Siat Yeh
Jumat, 1 Januari 2016, 20:05 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Menyambut datangnya tahun 2016, warga Desa Pekraman Suwat, Gianyar, Bali memiliki tradisi unik dengan menggelar Ritual Siat Yeh atau Perang Air.‎ Ritual ‎dalam rangkaian Festival Air Suwat‎ awal diawal tahun baru ini juga digelar sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap Sang Air.
 
‎Ritaul Siat Yeh atau Perang Air  yang dilakukan sore hari ini ‎diawali‎ dengan persembahyangan bersama di Pura Melanting, Desa Pekraman Suwat, Gianyar. Ratusan krama desa yang didominasi oleh anak-anak dan remaja memohon perlindungan. 
 
"Kita awali dengan sembahyang bersama. Kita memohon perlindungan agar Ritual Siat Yeh dilancarkan dan dilindungi selalu. Kegiatan ini dalam rangka menyambut tahun baru, dengan melakukan penbersihan diri secara bersama-sama," ujar Ketua Panitia Festival Air Suwat, Ngakan Putu Sudibya di Gianyar, ‎Jumat (1/1/2016)‎ petang.
 
Usai persembahyangan, selanjutnya seratus lebih masyarakat baik anak-anak, remaja maupun orangtua yang turut serta dalam Ritual Siat Yeh ini terbagi ke dalam empat arah. ‎Tahap awal sebagai simbolisasi pembukaan, empat klian adat dan dinas Desa Suwat menyiram kepala satu sama lain dengan air yang sudah disucikan. 
 
Hal itu menjadi pertanda perang dimulai. Peserta lalu mengambil air dengan gayung. Mereka pun berperang, saling guyur satu sama lainnya. Setelah habis mereka berlari menuju ember untuk mengisi gayungnya kembali. Hal itu mereka lakukan berkali-kali sampai air dalam ember habis. 
 
Meski perang dan saling beradu, namun canda tawa dan senyum ceria pun tampak dari raut wajah para peserta perang. Masyarakat yang menyaksikan Siat Yeh ini pun tak kalah gembira dengan tertawa menyaksikan keseruan dan tingkah polah para peserta Perang Air tersebut.
 
"Ritual ini mengadopsi nilai kesucian air Tukad Melangge. Melangge artinya baik untuk digunakan untuk minun, untuk melukat, untuk tirta upacara agama dan yang lainnya," jelas Sudibya.
 
Sehari sebelumnya, prosesi diawali dengan mendak tirta ke Beji yang berlokasi di Tukad Melangge. Tirta itu diletakkan di Pura Melanting selama sehari. Tirta tersebut yang kemudian dicampur ke air yang digunakan untuk perang air. 
 
"Sejak dulu air Tukad Melangge banyak digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
 
Sudibya bercerita, air Tukad Melangge yang jernih dan bersih juga sangat disenangi oleh para raja zaman dahulu. Bahkan sang raja sengaja mengutus prajuritnya hanya untuk mencari air Tukad Melangge. 
 
"Leluhur-leluhur kami bercerita bahwa raja-raja jaman dahulu datang ke desa kami untuk mencari air di Tukad Melangge," urainya. 
 
Melalui Ritual Siat Yeh ini, diharapkan masyarakat Desa Suwat menjadi manusia baru yang bersih dan siap untuk menghadapi tantangan ke depan yang semakin kompleks. Prosesi budaya adi luhung ini juga sebagai wujud kebersamaan, persatuan dan kesatuan masyarakat setempat.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami