search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Korban Selamat Penyerangan Ormas Alami Trauma, Minta Pelaku Dihukum Berat
Rabu, 27 Januari 2016, 03:05 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Penyerangan sekelompok ormas sehingga terjadi keributan yang mencekam masih membekas diantara korban luka yang selamat. Bahkan, para korban yang terluka parah kini trauma pasca kejadian berdarah tersebut sambil berharap semua pelaku diadili dan dihukum seberat-beratnya.
 
Saksi korban selamat yakni Ferdian mengakui dirinya diserang oleh segerombolan ormas dengan samurai dan sempat berusaha lari sampai Puri Mas namun ia dikeroyok ditendang dan kepalanya dipukul dengan kayu dan besi, sehingga kena luka di kepala dan mengalami luka tebas di tangan. 
 
"Saya gak tahu diserang tiba-tiba. Banyak yang pada lari sembunyi karena memakai baju hitam ormas tiba-tiba dikeroyok usai pulang menengok temen ke Lapas Kerobokan. Sekarang saya trauma akibat musibah ini. Saya harap pelaku bisa ditangkap semua dan dihukum seberat-beratnya," ucapnya, Selasa (26/1/2016).
 
Saksi korban yang diserang sekelompok ormas yang selamat lainnya bernama Dewa Kadek menjelaskan jika saat kejadian di Teuku Umar dirinya baru saja usai datang dari LP Kerobokan dan pulangnya melewati Jalan Teuku Umar ketemu gerombolan ormas sekitar 5 mobil dan beberapa ormas memakai sepeda motor. 
 
"Mereka langsung menabrak saya dan karena saya direbut tiga orang tangan saya luka karena menangkis pedang samurai. Untung saya ketemu gang dan bisa lari meskipun sempat dikejar sampai 20 meter akhirnya bisa lolos dari kejaran ormas. Kita gak bisa melawan diserang mendadak seperti," tuturnya.
 
"Kita memakai baju ormas dan tidak membawa senjata apapun. Mereka turun dari mobil dan menyerbu. Saat itu mati sekitar 2 orang dan luka-luka sekitar 7 orang," imbuhnya.
 
Sementara itu, paman korban yang tewas dibantai sekelompok orang yakni Putu Sumariana alias Robot, I Made Suwenta didampingi Kakak Sepupu Korban Nyoman Yudiarta mengaku saat itu perasaannya sangat terkejut karena beritanya sangat mendadak. 
 
Kini, pihak keluarga mengharapkan pelaku dihukum seberat-beratnya, pasalnya korban laki-laki satu-satunya tanpa punya orang tua yang menghidupi kedua adiknya.
 
"Katanya sore itu ada titipan tahanan di LP, saat itu Robot disurut menjemput kedepan pada saat itu malah diserang padahal memberi salam "om swastiastu" tapi malah diserang membabi buta," jelasnya.
 
Di lain pihak, I Made Landra selaku paman korban tewas yaitu Made Mertayasa alias Donal (28) mewakili keluarga menuntut agar para pelaku dihukum seberat-beratnya dan bila perlu dihukum mati karena menghilangkan nyawa orang lain. 
 
"Apalagi anak satu-satunya, Sampai ayahnya mau bakar rumahnya. Mau dikasi siapa rumahnya sekarang Menangis saya bertahun-tahun juga seperti ini. Saya hanya bisa berdoa agar Robot bisa mendapat tempat yang layak. Saya kasian menantu saya, belum punya anak sudah ditinggal baru setengah tahun menikah. Uang bisa dicari tapi anak tidak bisa dicari," ujarnya dengan berlinang airmata.
 
 
Kesedihan yang sama juga dirasakan istri korban yang bernama Made Widia Astuti. Ia kini hanya berharap agar semua pelaku pembunuhan saat penyerangan itu bisa diganjal hukuman berat.
 
"Siapa saja yang bunuh suami saya, saya ingin mereka semua dihukum seberat-beratnya. Saya hanya meminta itu," pinta sambilnya menangis terisak-isak.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami