search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kisah Kedatangan Rsi Markandeya Versi Bali Majapahit dan Bali Aga
Sabtu, 17 Juni 2017, 10:49 WITA Follow
image

beritabali.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Maharishi Markandeya dikaitkan dengan pendirian kawasan di Gianyar dan Pura Besakih di Gunung Agung. Kedatangan Rsi Markandeya ini ternyata memiliki dua versi yakni dari Bali Majapahit yang mendiami wilayah selatan Bali dan Bali Aga yang dikenal sebagai penduduk Bali asli. Seperti apa?
Dalam pemaparan Thomas A. Reuter (2005) di bukunya berjudul Custodians of The Sacred Mountains dijelaskan, Markandeya telah datang ke Bali dengan delapan ratus pengikut dari Desa Aga, sebuah desa yang terdapat di kaki Gunung Raung di Jawa sebelah timur. Para pengikut ini dikatakan adalah orang pertama yang membersihkan hutan itu dan mendirikan desa-desa di Bali. 
Namun kebanyakan dari penetap yang berjumlah delapan ratus itu mati karena terkena penyakit dan sebab-sebab lain, sehingga Markandeya terpaksa kembali ke Jawa. Ia kemudian mengumpulkan seribu orang lagi. Dengan bantuan mereka, Ia lalu mendirikan sebuah kawasan di Gianyar  dan mendirikan Pura Besakih di Gunung Agung
 
Dari cerita ini, kemungkinan diciptakan dan disesuaikan dengan para pengusasa Majapahit dengan mempertimbangkan penggambaran penduduk asli Bali sebagai sisa-sisa dari upaya yang gagal untuk mendirikan peradaban yang stabil. Baru gelombang kedua dari imigran Jawa itu (dari Majapahit abad ke-14) yang berhasil mendirikan sebuah tatanan yang stabil di Bali, dengan Pura Besakih sebagai pura negara utama. 
 
Namun, beberapa versi dari Bali Aga tampaknya lebih sekedar dari reproduksi saja dari mitos populer orang Bali bagian selatan dengan bahasa politik yang miring. Dikatakan, Desa Julah merupakan tempat Rsi Markandeya pertama kali mendarat, bukan di bagian selatan. Lokasi tepatnya yakni Ponjok Batu (persis di Sebelah Timur Desa Julah). 
Masyarakat tetua Bali Aga di Desa Batur juga menceritakan bahwa Rsi Markandeya mengambil tempat tinggal bukan di Besakih melainkan di atas Bukit Panulisan dengan nama Bhagawan Siwa gandu. Bagaimana pun juga, menurut Reuter tidak ada kepastian tentang asal-usul ini. 

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami