search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengupas Janji Dewi Kunti Pada Durga
Selasa, 7 Agustus 2018, 16:00 WITA Follow
image

istimewa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Janji tetap sebuah janji yang mesti di bayar. Demikianlah pesan yang tersirat dalam pementasan Barong Kunti Seraya serangkaian Kegiatan seni Bali Mandara Mahalango V tahun 2018 di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar oleh Sanggar Tari Rare Angon pada pementasan, Senin malam (6/8). “Kita punya janji atau hutang harus diingat dan harus cepat dilunasi,” ujar Kordinator Sanggar Tari Rare Angon, Nyoman Muliana mengutarakan pesan garapannya.

Sanggar Tari Rare Angon yang bernaung dalam Banjar Tanggayuda, Desa Bongkasa, Kabupaten Badung menampilkan kisah mengenai janji Dewi Kunti yang tak kunjung ditepati. “Dewi Kunti yang tidak menepati janji kepada Dewi Durga, sehingga Dewi Durga murka dan menghancurkan Kerajaan Astina,” tutur Nyoman Muliana.

Muliana yang berposisi sebagai ketua sanggar sekaligus pemain mapang barong dalam garapannya ini pun menambahkan nantinya, anak dari Dewi Madri yang bernama Sadewa dikorbankan untuk meredam amarah Dewi Durga. “Tapi karena kebaikan dan kesaktian yang dimiliki Sadewa ia pun dapat menyelamatkan dirinya dan kejahatan pun dapat dimusnahkan,” tambah Muliana.

Kesehariannya, Nyoman Muliana dan Sanggar Tari Rare Angon tampil di Stage Uma Dewi yang beralamat di Jalan Waribang. Menurut penuturan Muliana, baik dirinya maupun sanggarnya telah terbiasa membawakan lakon layaknya garapan ini. “Garapan ini sudah biasa kita tampilkan, tapi untuk di sanggar kami tidak hanya berpatokan dengan garapan ini,” terang Muliana.

Sanggar Tari Rare Angon yang telah berdiri sejak tahun 2000 turut memberikan pengajaran mengenai topeng wali, wayang, barong, dan rangda. Dari kesehariannya yang tampil di Stage Uma Dewi, dirinya memperoleh 50 ribu rupiah belum termasuk saweran dari turis yang menyaksikkannya. Selama 18 tahun berdiri, Muliana tak sepeser pun memungut biaya latihan di sanggarnya yang keanggotaannya telah mencapai kisaran 80 orang.

Melihat garapan Barong Kunti Seraya dari Sanggar Tari Rare Angon, I Wayan Dibia (pengamat seni Bali Mandara Mahalango) menuturkan garapan ini terlalu banyak menghibur. “Terlalu banyak lucu-lucu sehingga kesan dramatik dari lakon ini jadi hilang,” ujar Dibia.

Dibia menambahkan garapan ini termasuk lakon serius. “Ini kan lakon sudhamala, lakon dikorbankannya sahadewa, ini lakon yang serius jangan dibuat begini,” tegas Dibia.

Dibia mengakui  garapan ini diselamatkan oleh tarian mapang barong yang luar biasa. “Sayang sekali tarian mapang barong yang bagus, ketika masuk lakon jadi keluar konteks,” keluh Dibia. Sebagai pengamat seni, Dibia mengharapkan agar kesenian seperti ini bisa mendapatkan pembinaan agar garapan menjadi jelas dan tidak keluar pada esensi yang sebenarnya.[bbn/rls/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami