I Wayan Ceteg, Seniman Pahat Patung Monumental
Minggu, 26 Agustus 2018,
14:45 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Tidak banyak orang tahu bahwa patung Saraswati yang sekarang masih berdiri kokoh di serambi dalam Fakultas Sastra Universitas Udayana adalah karya I Wayan Ceteg, pemahat terkenal dari Banjar Tampak Gingsul. Begitu pula siapa tahu dengan jelas bahwa patung yang sekarang tetap monumental di ujung Barat Jalan Gajah Mada adalah juga karyanya.
[pilihan-redaksi]
I Wayan Ceteg dilahirkan di Banjar Tampak Gangsul, Denpasar tahun 1906. Ketika meletus perang Puputan Badung Ceteg konon masih di kandungan ibunya. Ayahnya I Wayan Keraweng adalah seorang petani. Ibunya Ni Wayan Bunter adalah seorang wanita biasa. Ceteg mengaku tak pernah duduk di bangku sekolah, tetapi ia fasih membaca aksara Bali dan huruf latin.
I Wayan Ceteg dilahirkan di Banjar Tampak Gangsul, Denpasar tahun 1906. Ketika meletus perang Puputan Badung Ceteg konon masih di kandungan ibunya. Ayahnya I Wayan Keraweng adalah seorang petani. Ibunya Ni Wayan Bunter adalah seorang wanita biasa. Ceteg mengaku tak pernah duduk di bangku sekolah, tetapi ia fasih membaca aksara Bali dan huruf latin.
Belajar memahat pertama kali pada A.A. Made Gede dan Jeroan Gerenceng, sejak umur 15 tahun ia telah mulai belajar mengukir sendiri. Di tahun 1930 dengan modal seadanya ia memberanikan diri bekerja sebagai pande mas (tukang emas). Selain itu ia juga menyalurkan bakatnya dengan mengukir kayu dan batu padas. Semakin hari banyak orang menaruh perhatian padanya. Tawaran kerja sama untuk pekerjaan berskala besar sering datang padanya. Sosialisasi dirinya cukup kental, tak jarang ia disuruh sama-sama membuat wadah, lembu untuk upacara pengabenan.
[pilihan-redaksi2]
Selain barang-barang dari emas, gagang keris, hasil karyanya berupa penyekat ruangan, yang dikerjakan bersama kawan-kawan tersimpan di sejumlah museum di Eropa, di antaranya menjadi dokumentasi sebuah museum di Paris. Rumahnya di bilangan Banjar Tampak Gangsul memang penuh bergelantungan pernik-pernik aksesoris emas dan perak, mulai dari gagang keris, perhiasan wanita, beragam panil mungil menjadi saksi betapa ketekunan seorang I Wayan Ceteg.
Selain barang-barang dari emas, gagang keris, hasil karyanya berupa penyekat ruangan, yang dikerjakan bersama kawan-kawan tersimpan di sejumlah museum di Eropa, di antaranya menjadi dokumentasi sebuah museum di Paris. Rumahnya di bilangan Banjar Tampak Gangsul memang penuh bergelantungan pernik-pernik aksesoris emas dan perak, mulai dari gagang keris, perhiasan wanita, beragam panil mungil menjadi saksi betapa ketekunan seorang I Wayan Ceteg.
Perkawinanya dengan Ni Bunter hampir setengah abad silam, membuahkan lima anak. Dua diantara 5 bersaudara itu, yaitu Ni Ketut Nendra Tega dan Ketut Yatjna meneruskan tradisi sang ayah. Mereka menjadi tukang emas, yang kelak bisa menyaingi kehebatan ayahnya I Ceteg. Di usia lanjut Ceteg ternyata masih punya semangat, tangannya tampak menari di pernik bongkahan emas. Maklum ia begitu banyak dijejali pesanan. Kerjanya kadang tampak sangat elit, itu bisa dilihat dari beberapa orang yang datang padanya. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls