Juru Arah, Sang Penyebar Informasi Anti Hoaks di Bali
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Namanya Made Sarjana, pria kelahiran Desa Mengani, Kabupaten Bangli tahun 1972 ini berprofesi sebagai dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Made Sarjana yang akrab dipanggil De Sar, di lingkungan desa tempat tinggalnya memikul tanggungjawab sebagai kasinoman atau juru arah.
[pilihan-redaksi]
Juru dalam bahasa Bali berarti petugas dan arah berarti pesan atau petunjuk. Jadi juru arah adalah orang yang bertugas menyebarkan atau menyampaikan informasi. Kegiatannya biasa disebut ngarah, yaitu penyampaian pesan secara langsung ke krama atau warga agar apa yang ingin disampaikan dapat diterima langsung oleh masyarakat. Pesan yang disampaikan merupakan pesan dari kelian atau ketua adat maupun kelian dinas mengenai suatu keputusan, kegiatan ataupun hal-hal yang berkaitan tentang sosial, budaya dan agama.
Kasinoman atau juru arah biasanya dijalankan secara bergilir sesuai dengan denah rumah krama banjar. “Bagi saya tugas ini cukup berat. Saya sedikit kesulitan karena kadang saya tidak ada di rumah sehingga lalai menjalankan tugas” tutur De Sar saat ditemui di Denpasar pada Senin (9/9).
De Sar mengakui sulitnya menjadi juru arah bukan saja karena sulit mengatur waktu antara pekerjaan di kampus yang berlokasi di Denpasar dan kegiatan di desa. Aktivitas juru arah dalam melakukan tugas juga tidak serta merta dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi yang berkembang saat ini. “Belum bisa digantikan dengan cara-cara penyampaian informasi baik melalui media sosial atau pengumuman di balai banjar” ungkap De Sar.
Hal yang senada juga disampaikan seorang juru arah di Banjar Kaja, Desa Adat Panjer, Denpasar Selatan, dr. I Made Oka Negara, FIAS. Menurutnya, penyebaran informasi oleh juru arah umumnya masih menggunakan tatap muka langsung dan belum memanfaatkan media sosial atau grup whatsapp. “Karena mungkin akan menjadi cukup bias, apakah sampai atau tidak agak susah untuk memastikan. Jadi untuk meminimalkan hoaks juga, diketik resmi lewat surat dan diberikan kepada yang akan diberikan informasi. Harus sampai atau disampaikan kepada anggota keluarganya” jelas Oka Negara.
Oka Negara mengungkapkan setiap warga desa memiliki kesempatan yang sama sebagai seorang kasinoman atau juru arah. Apalagi tugas sebagai kasinoman di Banjar Kaja, Desa Adat Panjer akan berganti setiap 35 hari. “Setiap orang tidak bisa menghindari jabatan sebagai kasinoman, kecuali sedang menjabat sebagai perangkat desa atau berhalangan” kata Oka Negara.
[pilihan-redaksi2]
Berbeda dengan juru arah di lingkungan perumahan Kesambi Baru, Kerobokan, Kabupaten Badung, Ida Bagus Ary Suryantara Pidada yang sudah mulai memanfaatkan media sosial dalam menjalankan tugas. Ary mengakui hanya menggunakan media sosial seperti whatsapp untuk informasi yang tidak formal. “Sebagian besar informasi singkat dan tidak formal, kami sampaikan melalui wa grup,” ungkap ary yang berprofesi sebagai guru.
Saat menjalankan tugas ngarah, juru arah biasanya akan mendatangi rumah warga satu per-satu dengan menggunakan pakaian adat madya yaitu menggunakan kamen (kain), senteng (selendang) dan udeng atau destar (ikat kepala Bali). Menjadi juru arah merupakan kegiatan ngayah atau bekerja tanpa pamrih dan tanpa imbalan, karena menjadi bentuk pengabdian seseorang kepada masyarakat. Tugas menjadi juru arah adalah bentuk kepercayaan masyarakat yang harus dipegang teguh.
“Dalam masyarakat adat Bali lebih senang, yakin dan pasti jika informasi itu diperoleh dari orang-orang berwenang dan bertugas secara aturan setempat. Jadi juru arah ini peran infokom walaupun tanpa teknologi digital” kata Budayawan Bali, Made Nubawa.
Menurut Nurbawa peran juru arah hingga saat ini masih kuat dan informasi atau pesan yang dibawa sangat dipercaya oleh masyarakat. Hal ini memberikan bukti bahwa tidak semua bisa dialih teknologikan. Peran juru arah dalam pelaksanaanya dilapangan juga tidak sebatas menyampaikan informasi, tetapi juga pendataan masyarakat. “Artinya secara langsung juga mereka mengetahui, apa aktivitas warga dan memastikan siapa saja anggota keluarga. Jadi dari juru arah kita juga tahu seperti apa kondisi masyarakat” jelas Nurbawa yang kini aktif di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tabanan.
Juru arah selama ini selain memiliki fungsi informasi juga memiliki fungsi kehumasan. Dimana melalui juru arah dapat diketahui kondisi warga dan aktivitas warga, termasuk menghimpun masukkan warga bagi pembangunan wilayah.
“Jadi bertatap muka itu bukan sekedar menyampaikan informasi, tetapi juga menjadi mediator bagi warga untuk menyampaikan masukkan,” jelas mantan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali.
Kemajuan teknologi melalui smartphone selama ini telah mempermudah masyarakat melakukan komunikasi, termasuk menyebarkan informasi melalui media sosial. Kenyataanya penyebaran informasi melalui media sosial telah menyebabkan terjadinya dehumanisasi. “komunisasi antar manusia menjadi semakin renggang, smartphone memang bagus tetapi mengurangi sisi-sisi kemanusiaan” jelas akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Dr. Dewa Windhu Sancaya.
Windhu mengungkapkan keberadaan juru arah masih penting untuk tetap dipertahankan ditengah kemajuan teknologi yang telah mempermudah komunikasi dan penyebaran informasi. Juru arah telah mengingatkan akan pentingnya memanusiakan manusia di era 4.0. “Dengan kemajuan teknologi sekarang kita sudah mulai kehilangan nilai-nilai kemanusiaan kita dan sering menganggap bahwa manusia itu sama saja dengan benda-benda materi yang lain” ungkap Windhu.
Mempertahankan keberadaan juru arah tidak semata-mata mempertahankan nilai-nilai tradisi tetapi juga cara sederhana untuk melawan informasi bohong atau hoaks. Apabila menyebarkan informasi melalui media sosial, maka untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi cukup sulit, lebih-lebih bagi masyarakat awam.
“Keberadaan hoaks itu bisa kita minimalkan, minimalisir dalam masyarakat, karena juru arah yang ditunjuk untuk menyebarkan informasi sudah dikenal oleh masyarakat dan sudah diakui keberadaanya. Sehingga kecil kemungkinan juru arah menyampaikan hoaks,” tegas Windhu.
Dalam melaksanakan tugas, juru arah memiliki kewajiban memastikan keakuratan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat. Jika terdapat penyimpangan informasi maka menjadi kewajiban bagi juru arah untuk melakukan ralat dan kembali mendatangi rumah warga satu per-satu.
Sekretaris Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Kominfos) Provinsi Bali Ir. Agus Suryawan, M.Si mengakui selama ini telah melakukan literasi media dalam rangka meminimalisasi penyebaran hoaks. Literasi media yang dilaksanakan menyasar sekolah, organisasi pemuda dan PKK.
“Kalau untuk juru arah kita belum pernah melakukan, tapi ini menjadi masukkan bagi kami untuk nantinya juga melibatkan juru arah,” ungkap Agus Suryawan.
Keberadaan juru arah tidak hanya bisa ditemui di lingkungan banjar atau desa adat di Bali. Juru arah juga terdapat dalam struktur organisasi Subak di Bali. Dalam organisasi Subak, juru arah memiliki tugas membantu Pekaseh (ketua Subak) untuk menyebarkan informasi terkait kegiatan Subak. [bbn/muliarta]
Reporter: bbn/mul