Istri Gubernur Koster Terlibat dalam Pentas Seni "Terjebak di Dunia Maya"
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Pementasan karya seni bertajuk “Terjebak di Dunia Maya” yang disutradari I Made Iwan Darmawan selaku anggota Komunitas Kreatif Bali (KKB) akan tampil pada malam ini, Jumat (8/11/2019) di Art Center pada serangkaian festival Seni Bali Jani.
[pilihan-redaksi]
Penampilan yang diproduseri Putu Indrawan, Eksekutif Produser Gede Mantrayasa dan Manager Produksi Putu Adi Tama ini juga didukung pembacaan puisi oleh Ibu Ni Putu Putri Suastini, Sanggar Natah Rare, banjar Tegeh Sari Denpasar (80 penari dan pemain drama), Perhimpunan Musisi Bali (10 musisi) dan GDV Production dan Dalang Pertunjukan Dewa Jayendra.
Sebelum dimulai, pementasan akan diawali Tari Kontemporer sebagai pembukaan, terdiri dari 22 anak anak dari sanggar Natah Rare Denpasar, diberi judul “Benih Bali Jani”.
Kecanggihan Teknologi Informasi telah membuat penggunaan Gadget (alat pengirim dan penerima pesan) sangat diminati di kalangan masyarakat. Selain itu, keasyikan menggunakan gadget karena bisa terhubung dengan dunia maya secara leluasa, sehingga tidak jarang ada yang untuk beberapa lama tidak lagi berkomunikasi dengan dunia nyata.
Tidak jarang, dalam sebuah keluarga bisa hadir bersama-sama dalam satu ruangan, namun tidak saling berkomunikasi. Karena terlalu asyik berkomunikasi dengan pengguna gadget lainnya di tempat lain.
Gadget, alat untuk mengirimkan pesan dalam bentuk teks, foto, gambar dan video ini membawa dampak negatif, bila isi informasi yang dikirimkan tidak akurat. Apalagi bila informasi yang terkirim ke banyak penerima dan diterima oleh masyarakat pemegang gadget yang disebut netizen secara berantai (viral).
Informasi-informasi menyimpang ini disebut HOAX dan tersebar secara menyeluruh di media sosial seperti facebook, google, instagram maupun whatsapp. Dan tidak jarang HOAX menimbulkan dampak di dunia nyata, seperti putusnya pertemanan hingga pemicu kerusuhan yang masif.
Akibat lain dari media sosial adalah meningginya rasa simpati dengan berbagai komentar komentar bebas pada setiap informasi, namun sangat kurang mampu menunjukan rasa empati, atau sikap langsung memberi solusi dan action untuk bereaksi positip terhadap sebuah informasi.
Penulis naskah dan sutradara pertunjukan I Made Iwan Darmawan sebagai bagian dari Komunitas Kreatif Bali (KaKaBe) memformulakan pertunjukan ini sebagai Musikal Multiseni. Dimulai dari membuat naskah dasar dengan tema masyarakat kini yang terjebak di dunia maya. Naskah berdurasi 60 menit ini terbagi menjadi 3 babak, dan setiap babak (20 menit) dibagi setiap 5 menit, sehingga ada 4 sub-babak.
Penulis musik Onny Toele dan Oton lalu menerjemahkan ke dalam 12 garapan musik. Dari musik dan naskah dasar, empat koreografer yang terdiri dari Arik, Dian, Krisna dan Dibya menerjemahkan menjadi 12 tarian kontemporer yang memiliki alur dinamis. Sekitar 80 penari dari umur 7 tahun hingga 17 tahun yang tergabung di sanggar Natah Rare, banjar Tegeh Sari, Tonja Denpasar kemudian dilatih untuk menerjemahkan menjadi gerakan tari. Para penari ini juga diminta untuk melakukan dialog drama dengan panduan Dalang bernama Jayendra.
Pada musik ke 12 masuk ke pembacaan puisi oleh Ibu Putu Putri Suastini Koster, yang masih relevan tema yaitu kondisi yang bisa terpecah belahnya sebuah bangsa oleh HOAX. Yaitu puisi berjudul ?17 Agustus? ciptaan Yudistira ANM Massardi.
Uniknya dalam produksi ini, terlibat juga Klian Adat Banjar Tegeh Sari Himawan dan Penyarikan Putu Adi Tama. Pemeran perempuan warga Tegeh Sari dan Dokter Diah.
Reporter: bbn/rls