search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Seminar Sejarah Balingkang, Mencari "Benang Merah" Hubungan Bali-Tiongkok (2)
Selasa, 3 Desember 2019, 17:30 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Seminar Sejarah Balingkang digelar di Politeknik Internasional Bali, jalan Pantai Nyanyi Beraban Kediri Tabanan, Selasa (3/12/2019) dan Rabu (4/12/2019). Seminar bertujuan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat Bali yang mempunyai hubungan intens dengan etnis Tionghoa

Ketua INTI Bali Sudiarta Indrajaya mengatakan, seminar yang digagas bersama ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber mulai dari ahli agama, pakar sejarah, dan pakar di bidang terkait lainnya, tentang bagaimana sebenarnya sejarah Kang Cing Wie dan Jayapangus di Bali. 

"Selama ini kami melihat besarnya respek masyarakat terhadap Kang Cing Wie dan Jayapangus, terhadap Jro Gede dan Ratu Ayu. Kita telah melihat selama ini bagaimana keberadaan dan kebersamaan ini (Bali-Tionghoa) telah terjalin dengan baik dari berbagai segi kehiduapan. Apa yang sudah berjalan dengan baik ini kita jaga, bagaimana agar semangat "menyama braya" ini tetap dijaga. Kita contoh peradaban Jayapangus dan Kang Cing Wie ini menunjukkan peradaban yang sudah baik,"ujarnya.

Seminar ini, menurut Sudiarta, akan menampung berbagai sumber informasi tentang sejarah Balingkang dan selanjutnya akan disempurnakan. 

"Syukur nanti bisa menjadi sebuah buku, sehingga masyarakat bisa mendapat informasi dari para ahli agama hingga ahli sejarah,"ujarnya.

Mengenai adanya perbedaan dalam tafsir sejarah Balingkang, Sudiarta mengatakan perbedaan itu dimana mana selalu ada. Tapi perebedaan itu merupakan suatu hal yang wajar. 

"Sejarah itu setiap orang punya cara pandang masing masing. Kadang ada suatu hal yang bersifat "esoterik", yang sulit digambarkan dan dipahami. Apa yang sudah ada di Bali ini wajib kita hormati. Seminar ini untuk memperkuat saja, untuk mencegah agar perbedaan yang muncul itu tidak menjadi alat untuk memecah belah. Kita menyadari akan ada perbedaan, tapi itu akan memperkuat tradisi "menyama braya" di Bali yang sudah berjalan baik selama ini,"ujarnya.

Wakil Gubernur Bali, Cokorda Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace mengatakan, seminar ini diharapkan bisa meningkatkan rasa persaudaraan antara etnis Bali dan Tionghoa di Bali.

"Nantinya agar bisa lebih tingkatkan persaudaran, tidak sebatas hubungan ekonomi, tapi persaudaraan kedepan. Jangan perbedaan (sejarah) yang muncul itu nanti menjadi konflik baru, tapi untuk lebih merekatkan kita semua,"ujar Cok Ace.[habis]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami