search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Berhubungan Seks dengan Main Jerat Tali, Apa Normal?
Minggu, 12 Januari 2020, 16:00 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/popular-world.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Maaf dok, pertanyaan saya mungkin terdengar aneh. Begini, sejak enam bulan belakangan saya dan istri suka dengan variasi seksual yang unik, meniru dari video porno yang sering kami tonton. 

[pilihan-redaksi]
Salah satunya, kami pernah mencoba adegan bondage namanya, dengan menjerat pasangan dengan tali. Kami berdua ternyata menikmatinya. Ini bagaimana dok, sedangkan hubungan seksual juga kami tetap menikmati seperti biasa."(Arsan,32, Jakarta)

Jawab: Main jerat tali untuk mendapatkan kepuasan seksual seperti ini memang dikenal dengan sebutan populer: “bondage”. Seks bondage semakin dikenal dan dilakukan oleh banyak orang, terutama sekedar untuk variasi seksual. 

Seks bondage intinya adalah aktifitas seksual dengan melakukan penjeratan menggunakan tali atau alat pengikat lainnya. Sesungguhnya hal seperti ini bukan sesuatu yang baru. Sejak lama sudah dihubung-hubungkan antara praktek-praktek pencarian kepuasan seksual dengan rasa nyeri jeratan.  

Tulisan-tulisan kuno dari para penyair romawi, gambar suku-suku kuno dan bahkan kitab kama sutra pun sudah menuliskannya. Banyak ritual seksual kuno pun berisikan penyerahan diri, menyakiti diri menggunakan api hingga jeratan tali, demi mendapatkan kenikmatan seksual yang maksimal. 

Sesungguhnya rasa nyeri juga dapat merangsang produksi hormon serotonin serta melatonin di otak yang mengubah pengalaman menyakitkan menjadi rasa menyenangkan. Pelepasan epinefrin secara mendadak juga dapat menyebabkan kemunculan tiba-tiba rasa menyenangkan saat bersamaan merasakan sensasi nyeri. Lalu kenapa orang melakukan seks bondage ini?

Awalnya bisa saja coba-coba, akhirnya jadi terbiasa. Banyak juga yang mencobanya dan gagal, atau tidak menikmatinya kembali. Sensasi ini bisa sangat dinikmati karena manusia yang merupakan makhluk seksual dan ingin terus berusaha mencari kenikmatan seksual yang lebih baik tiap kali melakukan hubungan seksual, ingin selalu mencari dan mengeksplorasi diri dengan cara-cara baru untuk menikmati hubungan seksual. 

Rasa deg-degan, rasa takut dan nyeri yang muncul saat melakukan seks bondage akan bisa meningkatkan adrenalin, dan adrenalin yang meningkat drastis akan membawa kepada kenikmatan seksual yang lebih kuat dirasakan jika semuanya bisa dilalui dengan baik dan tanpa ada efek negatif. 

Ini yang akhirnya dinikmati dengan sensasi luar biasa. Rasa nyeri yang dinikmati, dan rasa lega luar biasa saat jeratan dilepaskan menjadi tambahan sensasi yang luar biasa bagi pelaku seks bondage. 

Tapi perlu hati-hati, karena sering kali seks bondage tidak terkontrol, bisa berakibat fatal jika jeratan malah akhirnya menghambat jalan nafas dan menimbulkan asfiksia (kekurangan oksigen) yang bisa ditebak bisa mengakibatkan kematian mendadak. Belum lagi trauma akibat rasa nyeri seandainya ini menimbulkan nyeri yang hebat, hingga munculnya perdarahan dan luka terinfeksi akibat menggunakan jeratan yang tidak bersih.

Tentu saja konsep pribadi tentang seks, pengalaman tentang variasi seksual, pengalaman seksual sebelumnya dan komunikasi seksual dengan pasangan seksualnya akan menentukan semuanya. Faktor psikologis justru nanti yang akan menentukan pilihan berikutnya, apakah seks bondage hanya akan menjadi variasi seksual semata, atau malah jadi aktifitas seksual satu-satunya. 

Jika variasi semata, seks bondage hanya akan menjadi pilihan variasi karena sedang trend atau sekali dua kali nantinya akan dilakukan lagi, saat hubungan seksual sudah mulai memperlihatkan kebosanan. Tetapi, jika seseorang dan pasangannya menyukainya secara konsisten dan permanen bahkan menjadi “menu utama” aktifitas seksualnya atau malah seks bondage menjadi sangat dinikmati,  maka ini sudah termasuk parafilia tadi. Yang masih dianggap orang banyak bukan sesuatu yang biasa. 

Sesungguhnya seks bondage bisa bertahan atau malah saat ini menjadi pilihan karena dikondisikan secara luas dan terbuka sebagai sebuah trend dan produk bisnis pornografi dengan banyaknya tampilan fotografi, tayangan video dan pertunjukan publik yang memunculkan adegan seks bondage, disamping banyak juga kemunculan komunitas pelaku dan penikmat seks bondage, hingga dijadikan sebuah bentuk seni keindahan.

Seks bondage ini awalnya terlihat aneh dan melibatkan rasa nyeri. Ternyata sensasi nyeri yang dimunculkan selama seks bondage ini bisa dimaksimalkan untuk mendapatkan kepuasan seksual yang berbeda dan lebih dari biasanya. Tidak sedikit pasangan yang membutuhkan rangsangan yang lebih kuat dan cenderung kasar untuk bisa memaksimalkan bangkitan seksual sehingga mendapatkan orgasme yang luar biasa setelah melakukan hubungan seksual. 

Di samping itu rasa penasaran, ingin tahu, dan ingin menikmati sesuatu yang berbeda serta rasa lega setelah lepas dari penjeratan akan memunculkan perubahan dari rasa tidak suka menjadi menikmatinya. Ini yang menjadi jawaban berikutnya kenapa menjadi dilakukan berulang dan akhirnya menjadi ketagihan. 

Tetapi sekali lagi, perlu hati-hati dalam melakukannya, dan sebaiknya hanya jadi variasi seksual saja, karena aktifitas seksual ini tetap ada resikonya seperti yang sempat dijelaskan sebelumnya.

Apakah seks bondage ini termasuk kelainan seksual? Jawabnya; bisa ya, bisa tidak. Dalam ilmu seksologi terbaru, istilah kelainan seks sudah tidak digunakan lagi. Yang digunakan adalah istilah “parafilia” atau aktifitas seksual yang dilakukan berbeda dari orang kebanyakan. 

Jika seks bondage dilakukan hanya dengan melakukan penjeratan saja dan dinikmati untuk mendapatkan kepuasan seksual tanpa melibatkan hubungan seksual kelamin, maka seks bondage masuk ke dalam golongan parafilia. Tetapi kalau seks bondage hanya sebagai variasi seksual saja, dan pasangan tetap menikmati hubungan seksual kelamin yang penetratif, seks bondage tetap hanya merupakan variasi seksual dan bukan parafilia. 

Dalam kasus yang ditanyakan terlihat bahwa penanya hanya melakukan penjeratan demi variasi dan tetap bisa melakukan hubungan seksual biasa. Jadi, karena hanya merupakan variasi seksual, silakan bisa dilakukan sekali-sekali asal tidak sampai melakukan penjeratan yang serius dan berbahaya, tetapi secukupnya untuk mendapatkan sensasi yang kembali menyegarkan dan membuat hubungan seksual menjadi tidak membosankan lagi, tentu dengan setelah dibicarakan bersama dan saling menyetujui buat melakukannya.

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami