search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
PPLH Bali Serukan Stop Pembuangan Sampah Organik Sekolah ke TPA
Kamis, 2 Juli 2020, 09:00 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali Catur Yudha Hariani menyerukan kepada sekolah-sekolah di Bali untuk menghentikan kebiasaan pembuangan sampah organik yang di hasilkan di sekolah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah organik harusnya menjadi bahan baku untuk pembelajaran pengomposan.


[pilihan-redaksi]
“Kompos tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk kebun sehat. Mengingat 70% sampah organik selama ini dibuang begitu saja sehingga mencemari tanah, air, laut dan telah terbentuk gunung di TPA,” kata aktivis lingkungan yang akrab dipanggil Catur saat di konfirmasi di Denpasar pada Rabu (1/7).


Menurut Catur dalam upaya membantu sekolah mengelola lingkungan termasuk mengelola sampah organik, PPLH Bali telah mengembangkan Program Sekolah Duta Lingkungan Hidup. Program ini merupakan hasil kerjasama dengan Yayasan Danamon Peduli, dan Bali Wastu Lestari.

 Program Sekolah Duta Lingkungan Hidup bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan menuju sekolah bebas sampah. Menjadikan sekolah role model dalam pengelolaan sampah organik dan anorganik. Meningkatkan metode pengelolaan sampah organik menjadi kompos dan anorganik masuk bank sampah. Menurunkan angka pembuangan sampah plastik ke laut.


“Program ini adalah bentuk nyata kepedulian Bank Danamon terhadap masalah lingkungan. Kami berharap dengan adanya kegiatan ini sekolah dapat membekali siswanya kepedulian terhadap lingkungan. Warga sekolah juga harus mampu mengolah sampah yang dihasilkannya secara mandiri”, jelas Sony dari Yayasan Danamon Peduli.


Selama bulan Desember 2019-Februari 2020, sepuluh Sekolah Dasar (SD) di Kota Denpasar telah mengikuti program Sekolah Duta Lingkungan Hidup. Meskipun kegiatan sempat terhenti karena pandemi Covid-19. Sepuluh SD di Denpasar  tersebut telah melewati tahap seleksi, tanda tangan kesepakatan kerjasama dan mendapatkan pendampingan rutin selama tiga bulan. Pendampingan pengelolaan sampah organik dari PPLH Bali, sedangkan untuk sampah anorganik kerjasama dengan Bali Wastu Lestari.


Kesepuluh sekolah yang mendapat pendampingan adalah SDN 22 Dauh Puri, SDN 26 Dangin Puri, SDN 33 Dangin Puri, SD Saraswati 5, SDN 6 Sumerta, SDN 13 Kesiman, SDN 17 Dauh Puri, SDN 11 Sumerta dan SDN 7 Dauh Puri. Masing-masing sekolah kemudian menunjuk 20-32 siswa sebagai kader sekolah Duta Lingkungan Hidup. Kader ini dilatih oleh PPLH Bali untuk menjadi tutor sebaya yang diharapkan dapat mengajak siswa lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan. 

Program Sekolah Duta Lingkungan Hidup mendapat apresiasi positif dari tenaga pendidik.  


“Program ini sangat menarik karena ada kegiatan berkebun dan siswa dilibatkan untuk melakukan pemilahan sampah. Luar biasa. Terima kasih,” ungkap I Gusti Ngurah Made Wira Dharma Putra, S.Pd yang ditemui di SDN 22 Dauh Puri.


Dalam program Sekolah Duta Lingkungan Hidup, PPLH Bali memberikan pelatihan pembuatan kompos, pelatihan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL), pelatihan pembuatan biopori dan pelatihan berkebun sehat.

Sambutan posotif terhadap program Sekolah Duta Lingkungan Hidup juga datang dari peserta didik. 


“Saya sangat senang dapat mengikuti program ini karena saya diajarkan untuk mengolah sampah dan mengurangi penggunaan sampah plastik, membuat pupuk kompos dan pembuatan mol,” ujar I Putu Gede Diva Arya Wibawa kader Sekolah Duta Lingkungan Hidup dari SDN 6 Sumerta. 


Hal senada juga diungkapkan oleh Made Kirana Purnama Sari Bukian, kader Sekolah Duta Lingkungan Hidup dari SDN 3 Kesiman. “Saya senang karena saya diajarkan untuk menyelamatkan alam dan semoga banyak orang bisa mengurangi plastik dari hal-hal yang kecil.” jelas Kirana.


Sekolah menghasilkan sampah organik dari kebun dan kantin sekolah. Selama kegiatan berjalan sampah organik yang berhasil dikompos dari masing-masing sekolah berkisar dari 5Kg-76,11 Kg. Jadi rata-rata sampah yang dikompos adalah 31,689 Kg selama 3 bulan untuk sepuluh sekolah. Artinya sudah 316,890 Kg tidak terbuang lagi ke TPA. Jika diikuti oleh semua sekolah di Denpasar maka ber ton-ton beban TPA berkurang.


Pendampingan sampah anorganik oleh Bali Wastu Lestari mengajak warga sekolah untuk menabungkan sampah anorganik untuk didaur ulang. Nasabah bank sampah pada 10 sekolah telah terintegrasi  dengan Sistem Informasi Sadar Lingkungan (SiDarling) yang dikelola oleh DLHK Denpasar.

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami