search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Menggali Potensi Nusa Penida di Rumah Belajar Saat Masa Pandemi
Minggu, 1 November 2020, 22:25 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Kondisi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sekitar 8 bulan telah menyebabkan pariwisata Bali terpuruk. Dampaknya sekitar 75 ribu pekerja pariwisata telah dirumahkan dan di-PHK. 

Para pekerja pariwisata tersebut tak jarang harus banting setir bekerja bertani untuk bertahan hidup di masa pandemi. Nusa Penida beberapa tahun terakhir sebelum terjadinya pandemi covid-19 memang menjadi primadona baru bagi pariwisata. Hampir tiap hari ada 3.000 turis masuk. 

Kesempatan meraup rejeki dari pariwisata ini tidak disia-siakan masyarakat di Nusa Penida. Demi pariwisata sampai berani berkorban meninggalkan budaya lama bertani rumput laut, menandu sapi, berkebun, bahkan tidak lagi peduli pada lingkungan kerusakan lingkungan. 
Masa pandemi tidak saja menyebabkan para pekerja pariwisata saja yang banting setir dengan kembali ke pertanian. 

Langkah yang sama juga dilakukan oleh para pemilik akomodasi pariwisata, seperti yang dilakukan oleh Wayan Sukadana, pemilik hotel dan restoran Kabeh Jati Garden. Awalnya banyak yang memandang langkah Sukadana hanya pelarian ditengah masa pandemi virus Corona. Belum lagi untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan di Nusa Penida tak mudah, karena alam Nusa Penida tantangannya besar.
"Di daerah lain kalau bertani di tanah yang subur, airnya banyak kalau itu berhasil itu biasa. 

Di Nusa Penida air minim, tanah tipis, alih fungsi lahan menjadi jati juga banyak, menjual ke Bali daratan perlu ongkos yang besar dan hama kera yang memakan hasil pertanian membuat petani enggan bertani. 

"Kalau itu berhasil baru luar biasa“ kata Sukadana saat dikonfirmasi di Klungkung pada Minggu (1/11).

Sukadana mencoba peruntungan dengan menanam porang. Porang dipilih karena bahan makanan healty food yang bernilai ekspor dan dalam budidayanya gampang.

“Hidupnya pada musim hujan saja, sehingga tak perlu air yang banyak, menanamnya dibuat gundukan sehingga menjadi solusi tanah tipis, masih bisa ditanam di bawah pohon jati karena itu memang habitat asli porang dan yang terpenting porang tak dimakan kera karena umbi dan bubilnya gatal,” kata Sukadana.

Berbeda dengan Wayan Karta, seorang pemuda desa yang juga dosen di sebuah perguruan tinggi di Denpasar, tiap minggu tetap meluangkan waktu untuk pulang kampung. Rupanya Wayan Karta bersama 2 adik laki-lakinya yang berprofesi sebagai guru bahasa daerah dan seni budaya mendedikasikan jiwa, raga dan hartanya untuk mengembangkan sebuah “Rumah Belajar” di Bukit Keker Nyuh Kukuh Desa Ped Nusa Penida. 

“Ketika pariwisata maju banyak orang meninggalkan kegiatan di tegalan, memelihara sapi dan lingkungannya, sedikit yang peduli hal tersebut. Sekarang bagaimana anak muda memiliki gambaran peduli pada potensi pulau sendiri, maka kami menginisiasi membuat tempat belajar ini,” tutur Wayan Karta yang juga sebagai direktur Yayasan Taksu Tridatu.

Rumah Belajar adalah etalase dari program ecologic Nusa Penida. Program Ecologic Nusa Penida yang diorganisir oleh Yayasan Wisnu telah berjalan sejak tahun 2018 dengan mitra yakni, Yayasan PPLH Bali, Yayasan Taksu Tridatu, Yayasan Kalimajari, Komunitas Wisanggeni 91, Komunitas I Ni Timpal Kopi dan Perkumpulan Jaringan Ekowisata Desa serta komunitas kelompok tenun cepuk Alam Mesari, Yayasan IDEP Selaras, Kelompok petani rumput laut di Semaya dan STT Eka Dharma Br. Nyuh. 

Targetnya adalah membangkitkan semangat masyarakat khususnya muda-mudi kembali peduli pada potensinya daerahnya. Ada 8 desa yang diintervensi dengan berbagai kegiatan. Nusa Penida bagi kami adalah sebuah laboratorium, banyak hal  bisa dipelajari di sini. Mulai belajar menangani sampah, rumput laut, pewarna alam dan tenun tradisional, pertanian lahan kering dan peternakan, membangun kepariwisataan berpihak kepada lingkungan dan masyarakat, pertanian dan agroforestry, membuat pakan kering, energi bersih dan terbarukan. 

"Jika melihat yang riil maka harus ke desa-desa. Ini adalah ruang kecil menjelaskan apa yang ada di Nusa Penida,” kata Denik, Direktur Yayasan Wisnu yang juga Host Program Ecologic Nusa Penida

Program ecologic Nusa Penida mendapatkan apresiasi dari Koordinator Badan Pengarah Nasional Global Environmental Facility- Small Grants Programme (GEF-SGP), Laksmi Damayanti. Menurutnya program ecologic Nusa Penida dapat menjadi jalan bagi pemuda desa untuk belajar, sekaligus melihat hasil kerja para LSM.

“Satu pesan alam yang disampaikan kepada manusia yaitu untuk menjaga diri kita sendiri melalui menjaga alam. Ini adalah saat kita bangun, bergerak, memperhatikan, meningkatkan suara kita, tindakan-tindakan, kita dan ini saatnya membangun lebih baik bagi manusia dan planet bumi. Its time for nature. Ini adalah waktu untuk alam. Waktu untuk kita memberikan kesempatan kepada alam memperbaiki dirinya, waktu untuk kita untuk membantu alam memperbaikinya dirinya sendiri. Karena dengan memperbaiki alam, kita  memperbaiki kehidupan kita sendiri,” ungkap Laksmi Damayanti.

Head Environment Unit UNDP Dr. Ir. Agus Prabowo, M.Eng menegaskan bahwa program ecologic Nusa Penida adalah upaya menjalankan 17 target kesepakatan global yaitu SDG (Sustainable Development Goals). Program ecologic Nusa Penida disaat seperti ini bisa fokus di poin 8 yaitu menciptakan lapangan pekerjaan yang layak. 

Masyarakat bisa memanfaat resource dari GEF SGP untuk berkegiatan sedemikian rupa sehingga menciptakan lapangan kerja baru. Sayangnya saat ini dihantam pandemi, akan sangat beralasan seluruh resource menciptakan lapangan kerja.  

“Dukungan pendanaan GEF SGP ini hanya sekedar modal kerja, yang seharusnya nantinya wajib diteruskan oleh teman-teman, atau kelompok masyarakat atau stakeholder disini. Kolaborasi masyarakat, Yayasan swadaya masyarakat, pemerintah, private sector, sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan dari kegiatan,” kata Catharina Dwihastarini sebagai Koordinator Nasional GEF SGP.

Sementara Camat Nusa Penida berharap semua program yang ada di Nusa Penida baik dari LSM maupun lembaga lain bisa bersinergi dengan program-program pemerintah. Selain itu, program yang dikembangkan berkelanjutan. 

Rumah belajar bisa digunakan dengan baik terutama perbekel yang perlu ilmu, kegiatan disini bisa dipakai contoh di desa desa lain yang sekiranya belum menerapkan hal ini. Karena banyak sekali yang berdampak positif mengarah kepada pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat,” pesan Camat Nusa Penida.

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami