search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pontil Vonzealous: Pandemi Harus Disyukuri Sebagai Anugrah
Kamis, 10 Desember 2020, 23:50 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Denpasar Festival ke-13 Tahun 2020 kembali hadir dengan beragam kegiatan. Melalui kegiatan bertajuk Art and Creative Talk kembali menghadirkan narasumber di bidangnya. 

Kali ini turut hadir sosok Founder, Owner dan Head Creative Voordurend Love Company, Pontil Vonzealous pada gelaran Denfest ke-13 Virtual Kamis (10/12). 

Dalam kesempatan tersebut Pontil Vonzealous berbagi pengalaman bergerak di dunia art and fashion. Berbagai perjalanan karir hingga menghadapi pandemi Covid-19 saat ini turut dipaparkan. 

Dikatakanya bahwa pandemi yang mewabah saat ini harus disyukuri sebagai anugrah. Hal ini tentu diluar hal negatif atau dampak buruk yang ditimbulkan. Pandemi yang meawabah saat ini membuat pria yang lahir di keluarga seni ini menjadi lebih sibuk. 

Dimana sebelumnya segala sesuatu tentang produk dianggap sudah benar, namun saat pandemi semua insan dipaksa untuk berpikir bahwa tidak ada sesuatu yang benar, melainkan harus terus dimaksimalkan. 

“Misalnya di Clothing mungkin kita bisa mengatakan bahwa kita sudah benar membuat prodak seperti ini, namun setelah jadi kita menjualnya susah,” jelasnya.

Dikatakan lebih lanjut, saat awal pandemi mewabah di kisaran bulan Maret, penetapan status zona merah berdampak pada wilayah bisnis. Dimana akhirnya diputuskan untuk merambah pasar online yang sejatinya tidak terpikirkan sebelumnya. 

“Ini merupakan momen yang pas, bayangkan jika tidak karena pandemi mungkin kita tidak akan menerapkan sistem online tersebut,” ujarnya.

Dengan menerapkan sistem pemasaran online, justru respon sangat banyak, dimana daya beli masyarakat terhadap produk yang diproduksi sejak Bulan April bagus, Mei bagus dan Juni bagus. Namun  demikian di Bulan Juli mulai terjadi penurunan. 

“Jadi anugrahnya disini, kami bisa keluar dari zona nyaman dan terus berinovasi,” paparnya. 

Pontil turut menceritakan pengalamanya, dimana dari kecil tumbuh di keluarga seni, dimana ayah seorang pelukis dan ibu seorang penari. Sebagai anak terkecil melihat seni itu menjadi suasana rutin setiap hari. 

Sedangkan fashion timbul karena keinginan pribadi untuk terlihat berbeda. Saat  ini semenjak pandemi melanda beberapa hal baru turut saya kerjakan. Dimana, dahulu saya disibukkan dengan desain produk, saat ini saya merambah seni grafik desain dan marketing.

“Saya mulai mendesain sejak SD, saya sudah mendesain baju, yang awalnya digunakan untuk baju kelas,” paparnya.

Pontil turut berpesan bahwa sebagai insan kreatif intinya adalah bagaimana mampu tampil beda dari yang lain. Pihaknya juga bercerita perjalanan awal mula berdirinya Voorduren yang kuncinya adalah tampil beda. 

Dimana, saat kuliah banyak melihat keseharian masyarakat yang tidak sesuai terhadap fashion di Bali. Dimana keberadaan dan eksistensi brand lokal dan pasar kodok kenyataannya belum bisa memfasilitasi ide dan harapan, maka diputuskan untuk membuat brand sendiri. 

“Sampai saat ini brand kita dikenal dengan karya yang full frame, inilah ciri khas dan bagaimana caranya agar pasar mau dan tertarik dengan produk kita,” jelasnya.

Pontil juga mengtakan bahwa tantangan sebagai pelaku usaha fashion atau distro di Bali adalah bagaimana mempertahankan posisi ketika sedang diatas. Dimana, pada tahun 2010 produk dari Voordurend Love Company sangat booming. Bahkan, menjadi satu-satunya brand di sebuah toko yang barangnya laku semua. 

“Namun itulah bisnis, pasang surut akan selalu ada, jangan pernah berhenti berfikir untuk berinovasi, kapan pun dan dalam posisi apapun,” jelasnya.

“Sacara pribadi pengalaman yang paling berkesan adalah bagaimana produk yang kita buat dapat diterima di pasar dan ada yang membuat versi palsunya,” ungkapnya sembari tertawa.
 
Pontil juga berpesan bahwa Denfest ke-13 yang digelar secara hybrid ini merupakan suatu harapan dan kegiatan yang sangat dinantinya. 

“Sebagai pelaku usaha yang ikut serta, denfest virtual ini merupakan apa yang menjadi harapan dan kita tunggu bersama, online sangat bisa di akses oleh banyak orang, jika ofline orang yang berbelanja itu-itu saja, dengan online bisa lebih luas, secara personal saya sangat mendukung dan menunggu kegiatan ini terlaksana, sangat baik dan kedepan online juga harus digerakkan untuk mengamankan market luar Bali,” pungkasnya. 

Reporter: Humas Denpasar



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami