Keluarga Sempat Melarang Mia untuk Jadi Pramugari
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Keberadaan pesawat Sriwijaya Air SJY-182 jurusan Jakarta-Pontianak hingga kini belum ditemukan.
Sementara duka masih menyelimuti keluarga pramugari Mia Tresetyani Wadu (23) yang tinggal di Jalan Tirta Gangga Gang Tirta Gangga nomor 4 Banjar Sasih Desa Panjer Denpasar Selatan.
Pihak keluarga saat ini masih mengikuti perkembangan informasi dari sejumlah TV swasta terkait hilangnya pesawat Sriwijaya yang hilang kontak sejak, Sabtu (9/1/2021).
Ditemui di rumah duka, orang tua Mia, Ni Luh Sudarni dan Zet Wadu terlihat tidak banyak bicara. Pasangan suami istri seakan tidak percaya namun lebih banyak berharap ada kabar baik dari perkembangan keberadaan anaknya.
Sementara di rumah tersebut, tampak keluarga besar berkumpul. Mereka memasang tenda di depan rumah untuk menggelar doa bersama.
Diketahui, Mia begitu akrab disapa di lingkungan keluarganya merupakan salah satu kru kabin (pramugari) pesawat Sriwijaya yang hilang kontak setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta.
Pramugari cantik berdarah Nusa Tenggara Timur (NTT) campur Bali itu sudah dipastikan menjadi salah satu korban dalam peristiwa kecelakaan pesawat tersebut. Kepastian itu diterima dari pihak maskapai yang menginformasikan kepada pihak keluarga, Sabtu malam beberapa jam setelah peristiwa terjadi.
Menurut keluarga, Mia merupakan alumni SMA Negeri 6 Denpasar lulusan tahun 2016. Setelah lulus SMA, Mia bercita-cita ingin jadi Pramugari. Keinginannya itu sempat disampaikan ke ibunya Ni Luh Sudarni. Tapi ibunya melarang Mia jadi Pramugari.
"Mama melarang Mia jadi pramugari," ujar kakak kandung Mia, Ari Samuel Wadu saat ditemui di rumah duka, Minggu (9/1/2021).
Lantaran tekadnya sudah bulat jadi pramugari, setelah tamat SMA, Mia diam-diam ikut tes pramugari. Begitu lulus kedua orangtuanya pun kaget.
"Mia menginformasikan kalau lulus jadi pramugari. Sejak tahun 2017 dia mulai aktif ikut penerbangan Sriwijaya Air," ungkap Samuel.
Nah, pada Bulan Desember 2020, terang Samuel, Mia sempat berkonsultasi kepadanya bahwa akan memperpanjang kontraknya di Sriwijaya Air untuk satu tahun ke depan. Namun Samuel Wadu meminta Mia untuk pulang dan cari kerja di Bali.
"Jadi adik saya itu jadi pramugari 3 tahun. Bulan Desember kemarin memperpanjang kontrak setahun. Saya pernah minta untuk tidak usah diperpanjang kontraknya. Tapi adik saya bilang masing ingin jadi pramugari," terangnya.
Paskakejadian, Mia pergi untuk selamanya dan tanpa ada pesan apapun kepada keluarganya. Setahu ibunya, biasanya Mia menelpon memberitahukan akan terbang. Sehingga ibunya selalu tahu jadwal terbang Mia hingga rute penerbangannya dari mana ke mana.
Hari memilukan itu pun tiba. Hingga Sabtu sore (9/1/2021), Mia tidak menelepon ibunya. Chat lewat aplikasi WhatsApp pun tidak. Tak lama tersiar kabar berita di televisi ada pesawat Sriwijaya Air yang kecelakaan. Awalnya kedua orangtua Mia tidak percaya kalau anak bungsu mereka ikut dengan pesawat nahas tersebut.
"Saya dapat kabar dari mama bahwa ada pesawat Sriwijaya Air lost contact. Saat itu saya juga tidak percaya. Tapi saya buka televisi nonton berita ternyata benar pesawat Sriwijaya Air kecelakaan. Tapi saya masih belum percaya begitu saja adik saya ada di pesawat itu," ungkapnya.
Setelah mendapat info berita dari televisi itu, Samuel Wadu berusaha menelpon semua teman-teman Mia yang ada di Jakarta. Sekitar pukul 18.30 Wita, Samuel Wadu mendapat kabar dari Jakarta kalau adiknya yang masih bujang itu ikut terbang bersama pesawat nahas tersebut.
Samuel mengatakan walau mereka sulit untuk melepas kepergian Mia, pihak keluarga berusaha untuk ikhlas. Keluarga berharap agar proses evakuasi para korban lebih cepat sehingga semua keluarga mendapatkan informasi yang pasti.
Sementara itu, pesawat Sriwijaya Air SJY–182 rute Jakarta–Pontianak sendiri diketahui lepas landas pukul 14.36 Wib dari Bandara Soekarno-Hatta. Sebelum terbang, pesawat tersebut sempat delay selama kurang lebih 30 menit. Beberapa saat setelah lepas landas pesawat tersebut hilang kontak dan diduga pesawat tersebut jatuh di Kepulauan Seribu.
Reporter: bbn/bgl