search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Studi: Kesehatan Ayah Pengaruhi Risiko Keguguran Ibu Hamil
Selasa, 19 Januari 2021, 14:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Studi: Kesehatan Ayah Pengaruhi Risiko Keguguran Ibu Hamil

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Keguguran kehamilan seringnya dikaitkan dengan kondisi kesehatan ibu. Tetapi penelitian terbaru membuktikan bahwa keguguran juga bisa disebabkan karena kesehatan calon ayah.

Penelitian yang ditulis dalam jurnal Human Reproduction itu melihat lebih jauh tentang hubungan antara kesehatan seorang ayah dan kemungkinan keguguran serta lahir mati.

Para peneliti menemukan adanya kemungkinan kondisi medis di antara para ayah dapat menyebabkan keguguran.

Pemimpin penelitian Associate Professor Michael Eisenberg mengatakan, sejak lama memang sudah diketahui kesehatan ibu berdampak pada perkembangan janin dan kemungkinan kondisi bayi saat lahir.

Tetapi penelitiannya jadi yang pertama kali menunjukkan korelasi kehamilan dengan kondisi medis pria.

"Dengan peningkatan jumlah kondisi medis berisiko lebih tinggi berakhir dengan keguguran, kehamilan ektopik, atau lahir mati," kata Michael dikutip dari Asiaone.

Associate Professor Michael Eisenberg dan timnya dari Stanford University School of Medicine melakukan penelitian dengan mengamati hampir satu juta kehamilan antara tahun 2009 hingga 2016 di Amerika Serikat.

Temuan mereka menunjukkan bahwa jika sang ayah didiagnosis dengan sindrom metabolik dapat menyebabkan peningkatan risiko keguguran.

Sindrom metabolik meliputi kondisi medis obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.

Pria yang memiliki sindrom metabolik memiliki peningkatan risiko masing-masing 10 persen, 15 persen dan 19 persen untuk mereka yang memiliki satu, dua atau tiga atau lebih komponen penyakit.

Peneliti juga menemukan bahwa 785.809 kelahiran hidup dan 172.995 atau 22 persen kehamilan dalam penelitian tersebut mengalami kehamilan ektopik, keguguran, atau lahir mati.

Angka keguguran meningkat sesuai dengan usia ibu dan kondisi medis, namun risiko keguguran juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia ayah.

"Meskipun penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa kesehatan ayah yang buruk adalah penyebab keguguran, itu menunjukkan ada hubungan. Implikasi klinis dari temuan ini adalah bahwa konseling pra-konsepsi tidak boleh melupakan sang ayah, karena kesehatannya mungkin berdampak penting pada kehamilan," jelas Michael.

"Kami berhipotesis bahwa kesehatan dan gaya hidup ayah dapat berdampak buruk pada susunan dan ekspresi genetik dalam sperma dan hal ini dapat mengubah seberapa baik fungsi plasenta. Jika plasenta tidak berfungsi dengan baik, maka hal ini dapat menyebabkan keguguran yang kami amati," imbuhnya.

Ia mencontohkan, jika calon ayah seorang perokok dan pola makan tidak sehat dapat mempengaruhi kualitas sperma. Sementara mekanisme kesehatan ayah yang berpengaruh dengan risiko keguguran masih belum diketahui, para peneliti akan terus melihat lebih jauh kaitannya.

Peneliti menyarankan, para ayah dengan kondisi seperti itu harus memberi tahu dokter kandungan karena diketahui bahwa keduanya dapat berdampak pada keguguran dan lahir mati.(sumber: suara.com)

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami