Obyek Wisata Sudah Dibuka, PTM di Tabanan Belum Pasti
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Adanya pembukaan obyek wisata di Bali sebagai uji coba dalam suasana Pandemi Covid-19 ternyata tidak diikuti dengan rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Hingga kini Tabanan masih berstatus melaksanakan PPKM Level IV. Sehingga untuk penerapan PTM harus menunggu penurunan level. Padahal Kabupaten lumbung padi Bali ini sudah siap dengan sejumlah syarat penerapan prokes saat pembelajaran termasuk juga sudah menggelar simulasi PTM.
Kemungkinan, jika status level 3 akan diterapkan mulai pekan ini, Disdik Tabanan akan kembali mengusulkan ke pimpinan untuk melaksanakan PTM.
Kepala Dinas Pendidikan Tabanan, I Nyoman Putra, menyatakan, pihakanya masih menerapkan pembelajaran daring atau secara online. Padahal, Tabanan telah mengonfirmasi bahwa PTM sudah siap dilaksanakan dengan prokes ketat.
"Nanti ketika sudah mengalami penurunan level itu, mungkin jadi level 3 akan kita langsung sampaikan ke pimpinan (bupati) untuk diberikan izin melaksanakan PTM terbatas,” ujar Putra (12/9).
Nyoman Putra melanjutkan, ketika disetujui oleh pimpinan terkait PTM terbatas nantinya akan diterapkan dengan penerapan prokes yang ketat. Kemudian mengenai kapasitas akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Kemungkinan saja tidak 50 persen, bisa saja 25 persen dari kapasitasnya.
“Kapasitasnya disesuaikan nanti, kalau memang situasi 25 persen kita akan terapkan 25 persen nantinya. Intinya menyesuaikan kondisi di lapangan,” ungkapnya.
Disinggung mengenai koordinasi antar Disdik se-Bali, mantan Kabag Umum Setwan Tabanan ini menyatakan bahwa pihaknya secara umum sepakat belum melaksanakannya mengingat status PPKM saat ini. Bahkan, ada salah satu kabupaten yang baru saja melakukan simulasi, berbeda dengan Tabanan yang sudah beberapa bulan lalu.
“Artinya kita sudah siap, sekarang tergantung situasi dan kondisi di lapangan termasuk juga dengan izin dari pimpinan,” jelasnya.
Kemudian, kata dia, untuk PTM terbatas ini pihaknya akan menggunakan skemanya satu anak hanya akan sekolah dua kali dalam seminggu. Misalnya saja untuk penerapan di salah satu SMP dibagi dua sesi dengan jumlah siswa 50 persen.
"Jadi nanti satu hari hanya satu tingkat dibagi dua shift, misalnya saja hari ini kelas 9 yang belajar tatap muka, besoknya giliran kelas 8, dan yang tidak tatap muka, siswa tetap belajar daring dan begitu seterusnya," jelasnya.
Kemudian juga, tidak ada jam istirahat untuk menghindari siswa membuka masker dalam jangka waktu lama. Sebab, waktu jam belajar anak hanya 45 menit per satu jam pembelajaran.
"Jadi hanya dua jam pembelajaran saja atau total 90 menit, itupun jika anak-anak shift kedua sudah memasuki ruang kelas, barulah yang shift pertama dipulangkan, meminimalisir berpapasan agar tidak ada interaksi atau kerumunan di sekolah," ungkapnya.
Reporter: bbn/tab