search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
22 Karya Nengah Sujena Dihasilkan dalam Karantina 24 Jam
Senin, 21 Februari 2022, 13:25 WITA Follow
image

beritabali/ist/22 Karya Nengah Sujena Dihasilkan dalam Karantina 24 Jam.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Pandemi covid-19 tidak menjadikan seniman stagnan dalam berkarya. Terbukti meski dalam kondisi karantina 24 jam, perupa Nengah Sujena, 46, menghasilkan 22 karya. 

Karya perupa asal Banjar Kawan, Bangli yang kental dengan nuansa hening, minimalis, sederhana bertajuk Simple Plan ini dipamerkan selama satu bulan di Komaneka Fine Art Gallery Ubud. 

Nengah Sujena mengatakan pameran tunggal ini adalah ide dari Owner Komaneka, Pande Nyoman Wahyu Suteja, 54, yang disebut Living in Gallery. Melibatkan 12 perupa yang berpameran secara giliran setiap bulan sejak Juni 2021 hingga Juni 2022 mendatang. 

"Saya adalah seniman ke delapan," jelasnya saat ditemui, Minggu (20/2). 

Alumni ISI Yogyakarta yang pernah pameran ke negeri Sakura Jepang ini akan berpameran sampai 28 Februari 2022. Nengah Sujana merespon living in Gallery ini mulai 1 Februari 2022. Waktu 24 jam yang diberikan kepadanya untuk menghasilkan karya, dibagi menjadi 3 hari, masing-masing 8 jam.

Nengah Sujena memberi judul Simple Plan atas pameran 22 karyanya yang digarap selama tiga hari tersebut. Menurutnya merepresentasikan banyak hal mulai dari gagasan visualnya yang memang memperlihatkan nuansa karya yang minimalis, mengangkat tema tema yang juga sederhana disamping itu kondisi pandemi dengan berbagai dampaknya yang hampir dua tahun melanda membuat Sujena berpikir dan merenungkan kembali arti sebuah kesederhanaan.  

"Ada perupa yang 24 jam full berkarya di ruangan ini. Langsung menginap, tapi saya bagi 3 hari. Sesuai kemampuan dan ada jeda waktu istirahat," ungkapnya. 

Proses berkarya secara langsung di ruang Komaneka Gallery, menurut Sujena memberikan pengalaman sekaligus gairah tersendiri baginya. Saat mulai mewarnai kanvas, Nengah Sujena mengaku tidak mempersiapkan ide khusus. 

"Inspirasi nya mengalir saja, merespon situasi kekinian, alam sekitar dan memori-memori dalam pikiran. Spontan. Seperti saya melihat 3 pohon palem di depan Gallery, saya coba melukis pohon itu terbalik dengan latar warna kuning," jelasnya. 

Dari pohon terbalik ini, Nengah Sujena mengutarakan semangat dirinya untuk belajar melihat kenyataan. "Meski dalam situasi sulit sekalipun, kita harus siap," jelasnya.

Karantina 24 jam itu pula sebagai respon bagi seniman dalam situasi pandemi. Nengah Sujena sendiri mengaku sempat putus asa. 

"Saat pandemi semua merasakan dampak luar biasa. Saya baru 6 bulan pandemi sudah merasa tidak ada harapan ke depan. Syukur, saat sudah putus asa ada telepon diminta karya pameran di Jepang, Astungkara. Kemudian ada tantangan living in Gallery ini," ungkapnya. 

Nengah Sujena mengaku puas, meski pandemi tetap bisa berkarya. "Syukur ada kesempatan. Masih bisa aktif saat pandemi," ujar perupa kelahiran 21 Januari 1976 ini.

Sementara itu, Owner Komaneka Fine Art Gallery Pande Nyoman Wahyu Suteja mengatakan living in Gallery ini terinspirasi dari Pandemi. 

"Bagaimana car kita menyikapi pandemi," jelasnya. Suteja mengaku sedih melihat ruangan yang sejak 20 tahun telah menginspirasi baginya, tiba-tiba harus sepi. 

"Gimana caranya saya agar bisa menghidupkan kembali ruangan yang luar biasa ini. Jadi perupa saya ajak berkarya di sini," ungkapnya. 

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami