Malaysia Transisi ke Endemi Covid-19 Saat Ramadan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Malaysia memulai transisi pandemi menjadi endemi Covid-19 mulai 1 April lalu dibarengi pelonggaran aturan terkait waktu operasi bisnis, batasan kapasitas, serta pencabutan perbatasan perjalanan internasional. Pejabat dan pakar meyakini, hal tersebut tak bakal memicu krisis kesehatan lantaran masyarakat Malaysia telah memiliki dinding kekebalan terhadap virus.
Akan tetapi, pelonggaran aturan tersebut diyakini perlu diperketat lagi jika situasi Covid-19 di Malaysia terpantantau memburuk.
"Ketakutan terbesar kami adalah ketika kami lengah," kata direktur jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah, dikutip dari The Straits Times, Senin (4/4/2022).
"Kami telah menerapkan 'sistem peringatan yang ditingkatkan' untuk memantau situasi dengan cermat untuk mengetahui kapan kami melonggarkan pembatasan dan kapan kami perlu memulihkannya jika kami melihat kasus naik lagi," imbuhnya.
Sorot risiko kenaikan kasus pada bulan Ramadan
Bulan puasa Ramadan yang dimulai pada pada Minggu (3/4) serta perayaan Hari Raya pada Mei mendatang diyakini berisiko menjadi faktor pemicu kembalinya kenaikan kasus. Pasalnya, pada momen tersebut masyarakat banyak melakukan reuni dan buka puasa bersama, serta sholat berjamaah.
Pada Sabtu (2/4) menjelang Ramadhan, Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob mendesak warga Malaysia untuk berhati-hati dan terus mengatur diri sendiri mengingat pelonggaran diberlangsungkan di tengah bulan Ramadan.
Di samping itu, tren Covid-19 di Malaysia terpantau menurun sejak puncak gelombang Omicron pada pertengahan Maret. Kasus harian selama sepekan terakhir tidak melebihi 20 ribu kasus. Sementara kasus infeksi dan rawat inap menurun sekitar seperempat, dibarengi tingkat kematian berkurang 28 persen selama dua pekan.
Diyakini, hal tersebut disebabkan hampir semua orang dewasa sudah divaksinasi Covid-19 dosis lengkap. Lebih dari dua pertiga dari mereka juga sudah menerima suntikan vaksin Covid-19 booster. Walaupun, perhatian khusus masih diperlukan khususnya pada kelompok masyarakat rentan yang tidak bisa divaksinasi karena kondisi medis.
"Vaksin telah terbukti efektif melindungi sebagian besar individu di masyarakat dari infeksi parah. Dengan melihat data, kita dapat menyimpulkan situasi saat ini sangat jauh berbeda dibandingkan dengan periode sebelumnya ketika vaksin masih belum tersedia," beber profesor epidemiologi dan biostatistik Universiti Putra Malaysia Malina Osman.(sumber: detik.com)
Reporter: bbn/net