search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Bukan Perang, Ancaman dari Rusia Ini Bisa Bunuh Jutaan Orang
Rabu, 6 Juli 2022, 11:05 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Bukan Perang, Ancaman dari Rusia Ini Bisa Bunuh Jutaan Orang

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Gunung berapi Bolshaya Udina yang terletak di Semenanjung Kamchatka, Rusia kembali aktif sejak tiga tahun lalu. Para ahli memperingatkan bahwa letusannya dapat menyebabkan kehancuran dahsyat bagi jutaan orang.

Sebelumnya, gunung api strato (stratovolcano) setinggi 3.000 meter ini telah dianggap punah hingga tahun 2019. Saat itu sebuah studi terobosan mengungkapkan gunung tersebut kembali aktif dan dapat meletus dengan hebat.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa letusan dari Bolshaya Udina dapat menyebabkan kehancuran seperti yang belum pernah terlihat sejak Pompeii.

Dalam studi mereka, ahli geofisika menemukan bahwa peningkatan seismisitas dan "intrusi magma" yang diukur di gunung berapi Bolshaya Udina sejak akhir 2017 membenarkan klasifikasi ulangnya dari "punah" menjadi "aktif."

"Ketika gunung berapi diam untuk waktu yang lama, ledakan pertamanya bisa menjadi bencana besar," kata Profesor Ivan Koulakov, wakil direktur Institut Geologi dan Geofisika Perminyakan sekaligus peneliti utama studi tersebut, melansir Express, Selasa (5/7/2022).

Sebelum penelitian ini, Bolshaya Udina tidak pernah dianggap sebagai gunung berapi aktif. Gunung ini juga tidak menunjukkan aktivitas seismik sejak pemantauan permanen gunung berapi ini dimulai pada tahun 1961, sehingga selalu dianggap punah.

"Tanda tangan geologis menunjukkan tidak ada aktivitas seismik di sana selama ribuan tahun. Para ahli geologi bahkan tidak dapat memperkirakan kapan Udina terakhir meletus karena sudah sangat lama. Lalu tiba-tiba pada Desember 2017, beberapa aktivitas seismik dimulai di Udina," kata Profesor Koulakov.

Awalnya, sangat sulit bagi para peneliti untuk memastikan bahwa gempa terjadi langsung di bawah Udina karena jaringan pemantau berjarak sekitar 30 km. Pakar topografi seismik mengatakan ini sangat sulit untuk melokalisasi gempa, terutama sulit untuk menentukan kedalamannya.

"Kemudian pada musim panas 2018, ada beberapa peristiwa yang besarnya lebih besar dari tiga, dan akhirnya pada bulan Februari tahun ini (2019), ada gempa 4,2, yang jelas sangat kuat untuk gunung berapi mana pun," jelasnya.

Koulakov juga memperingatkan letusan akan mempengaruhi iklim dan dampak letusan dapat menyebar ke luar Rusia. Letusan eksplosif mengancam untuk menutupi area yang luas dengan lava dan abu vulkanik, serta mengisi atmosfer.

Ini dapat menyebabkan dampak perubahan iklim jangka panjang, seperti memicu zaman es kecil, atau musim dingin nuklir. Dalam simulasi tahun 2020 yang terakhir, panen global anjlok antara 20 persen dan 40 persen selama setidaknya satu dekade.

Suhu turun drastis saat iklim berubah, memicu kekeringan yang meluas, kelaparan di seluruh dunia, dan kematian puluhan juta orang.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami