search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Eks Presiden Rusia: Barat Bermain Catur dengan Kematian
Senin, 5 September 2022, 10:44 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Eks Presiden Rusia: Barat Bermain Catur dengan Kematian

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengeluarkan peringatan nuklir keras kepada pihak Barat seiring dengan ketegangan tinggi di tengah perang Ukraina yang masih berlangsung. Ketegangan antara Moskow dan Barat meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari. 

Banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), mengutuk perang Putin sambil juga memberikan dukungan kemanusiaan dan militer ke Ukraina. Bantuan ini telah memperkuat upaya pertahanan Ukraina sambil menambahkan lebih banyak tekanan pada hubungan AS-Rusia yang sudah tegang.

Kekhawatiran utama di antara para pakar keamanan nasional di tengah konflik adalah bahwa Rusia berpotensi beralih ke senjata nuklir jika mereka merasa terpojok oleh kemajuan Ukraina.

Rusia telah mengirim pesan beragam tentang perang nuklir, dengan peringatan Putin pada bulan Agustus bahwa tidak ada yang akan menang dalam perang nuklir, sementara sekutunya mengejek Barat dengan ancaman nuklir.

Medvedev yang saat ini menjabat sebagai wakil sekretaris dewan keamanan Rusia menjadi pejabat Rusia terbaru yang membuat ancaman nuklir.

Dalam unggahan Telegram yang dibuat setelah pemakaman Mikhail Gorbachev, presiden terakhir Uni Soviet, akhir pekan lalu, Medvedev menuduh Barat ingin mengambil "keuntungan dari konflik militer di Ukraina" guna "menghilangkan Rusia dari bidang politik."

"Itu adalah mimpi kotor orang-orang sesat Anglo-Saxon, yang pergi tidur dengan pikiran rahasia tentang pecahnya negara kita, berpikir tentang bagaimana menghancurkan kita menjadi berkeping-keping, memotong kita menjadi potongan-potongan kecil," tulis Medvedev, dikutip dari Newsweek, Senin (5/9/2022).

"Upaya semacam itu sangat berbahaya dan tidak boleh diremehkan. Para pemimpi itu mengabaikan aksioma sederhana: disintegrasi kekuatan nuklir yang kuat selalu merupakan permainan catur dengan kematian, yang diketahui dengan tepat kapan skakmat datang: kiamat bagi umat manusia," imbuhnya.

Sementara itu, sejauh ini para pemimpin AS tidak menyerukan pecahnya negara Rusia atau tindakan ofensif apa pun terhadap Rusia, karena tindakan militer langsung terhadap Moskow akan sangat meningkatkan ketegangan nuklir.

Bulan lalu, Medvedev mengatakan Ukraina dan Barat "tampaknya siap untuk mengatur Chernobyl baru" karena kekhawatiran tumbuh bahwa aktivitas Rusia di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dapat menyebabkan bencana nuklir.

Selain Medvedev politisi Rusia lainnya juga membiarkan pintu terbuka tentang penggunaan senjata nuklir Rusia di tengah perang, meskipun Putin sendiri biasanya menggunakan retorika yang lebih terukur. Pada bulan Maret, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika para pemimpin merasa negara mereka menghadapi "ancaman eksistensial".

Televisi negara Rusia, yang biasanya mendorong propaganda Putin, bagaimanapun, telah membuat ancaman perang nuklir yang lebih kuat. Pada bulan April, tokoh televisi Vladimir Solovyov memperingatkan perang nuklir bahwa hanya "mutan" yang akan bertahan jika negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terus menyediakan senjata untuk Ukraina.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami