search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengenal Siwaratri, Sering Dianggap Malam Peleburan Dosa
Jumat, 20 Januari 2023, 13:53 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist/Mengenal Siwaratri, Sering Dianggap Malam Peleburan Dosa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Siwaratri cukup lumrah diyakini masyarakat sebagai malam peleburan dosa. Lantas, benarkah demikian? Menurut pendeta Hindu, Ida Pedanda Gede Wayahan Wanasari, Siwaratri ini erat kaitannya dengan sebuah kisah seorang pemburu bernama Lubdhaka yang diuraikan sebuah Karya Sastra Jawa Kuna, Kekawin Siwaratri Kalpa karya Empu Tanakung dan di Bali lebih dikenal dengan Kekawin Lubdhaka.


 
"Kalau kita telusuri secara seksama kisah Lubdhaka ini mempuyai wawasan relegius yang sangat dalam serta dijiwai oleh nilai ajaran Hindu baik aspek filosofisnya, aspek moral atau etikanya dan juga aspek ritualnya," paparnya. 

Dari kisah itu, masyarakat kemudian mempersepsikan bahwa cerita Lubdhaka sebagai usaha umat Hindu dalam melakukan Dharma peleburan dosa atau malam penebusan dosa.
 


“Namun setalah dikaji dengan hati-hati dan lebih mendalam ternyata nilai yang terkandung di dalamnya tidaklah sesempit, sedangkal dan semudah itu orang-orang dapat menebus dosa-dosanya, serta tampaknya sangat bertentangan dengan Srddha hukum karma atau Karma Phala,” ujar Ida Pedanda yang saat walaka bernama Ida Bagus Gede Wiyana itu.

Perlu diingat bahwa si pemburu Lubdhaka sebagai orang yang hidupnya papa. Kata Papa disini tidak sama maknanya di sini dengan kata dosa kendatipun kata-kata itu dapat diterjemahkan dengan dosa.

 
Dalam hal ini kepapaan si Lubdhaka jiwanya diliputi oleh kegelapan atau Awidya yang berakibat munculnya ketidaksadaran, kebodohan, rendah kualitas hidup yang selalu dibelenggu oleh keduniawian. 

Hal tersebut terlihat pada perbuatan himsa karma yaitu memburu dan membunuh binatang buruannya setiap hari guna dapat menghidupi keluarganya.

 
Lebih lanjut dijelaskan, kisah Lubdhaka dengan Siwaratrinya sesungguhnya mengandung makna sebagai tonggak peringatan umat Hindu untuk senantiasa berusaha untuk melebur kepapaan hidupnya, pada malam payogan Bhatara Siwa agar terlepas dari belenggu kegelapan hidup, gelapnya jiwa atau Awidya, bebas dari kebodohan, bebas dari ketidaksadaran, bebas dari ikatan duniawi. 

Hingga pada akhirnya nanti dapat mencapai Widya, hidup yang terang, jagadhita dan tercapainya moksa bersatu  kembali dengan asal mula kehidupan yaitu Sang Hyang Widhi
 

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami