search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
18 Kasus Sifilis Ditangani RSUD Karangasem Sepanjang Tahun 2023
Kamis, 1 Juni 2023, 14:56 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kabid Pelayanan RSUD Karangasem, dr. I Komang Wirya.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Hingga April tahun 2023 ini, RSUD Karangasem sedikitnya telah menangani 18 kasus Sifilis, dimana penderitanya lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. 

Dari 18 kasus Sifilis tersebut, 6 kasus diantaranya diderita oleh pasien berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 12 kasus sisanya penderitanya adalah pasien berjenis kelamin perempuan.

Kabid Pelayanan RSUD Karangasem, dr. I Komang Wirya memgatakan, rata-rata kasus Sifilis yang ditangani di RSUD Karangasem menjalani pengobatan rawat jalan di Poliklinik RSUD Karangasem

"Ada 18 kasus hingga April 2023 ini, gejalanya adanya luka di daerah kelamin, anus dan bibir, juga bisa ruan atau gatal yang lama serta nyeri pada bagian sendi hingga lemes," ujar Wirya dikomfirmasi Kamis (1/6/2023).

Sementara itu, terkait dengan penyakit Sifilis, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, dr. I Gusti Bagus Putra Pertama menerangkan, penyakit Sifilis atau Raja singa adalah salah satu penyakit menular seksual atau IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit sifilis adalah jenis Treponema pallidum. Bakteri tersebut menginfeksi tubuh manusia melalui luka di alat kelamin, anus, bibir, maupun mulut.

"Awal kemunculan luka tersebut cenderung tidak disertai dengan rasa nyeri, karena lukanya tidak terasa nyeri, sifilis kadang tidak langsung disadari oleh penderitanya. Walau begitu, penderita sifilis tersebut tetap bisa menularkan infeksinya ke orang lain. Apabila tidak ditangani sesegera mungkin, sifilis berisiko menyebabkan komplikasi penyakit lain, seperti kerusakan jantung, tumor, infeksi HIV, dan gangguan kehamilan serta persalinan bagi ibu hamil," terang Putra Pertama. 

Lebih lanjut, penularan sifilis dipicu oleh aktivitas seksual yang dilakukan oleh penderitanya, seperti penetrasi, seks oral, atau seks anal. Oleh karena itu, sifilis adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan menggunakan alat pengaman, seperti kondom, saat melakukan aktivitas seksual.

Selain itu, sifilis adalah penyakit yang juga berpotensi ditularkan dari ibu penderita ke bayinya. Sifilis bawaan pada bayi baru lahir disebut dengan istilah sifilis kongenital.

Kondisi sifilis kongenital pada bayi dapat dikurangi risikonya dengan mengobati penyakit tersebut sebelum ibu hamil memasuki umur kehamilan 4 bulan.

Untuk diketahui, adapun gejala penyakit sifilis terdiri dari 4 tahap, yaitu Sifilis Primer yang ditandai dengan munculnya luka pada alat kelamin, dubur, bibir, maupun mulut dalam waktu 10 sampai dengan 90 hari setelah bakteri Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh.

Sifilis Sekunder, tahapan ini terjadi munculnya ruam di beberapa bagian tubuh, seperti telapak tangan atau kaki. Di samping itu, penderita sifilis sekunder juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti flu, sakit kepala, nyeri sendi, demam, kelelahan, pembesaran kelenjar getab bening, rambut rontok dan penurunan berat badan. 

Sifilis Laten, pada tahap ini penderita tidak mengalami gejala klinis tertentu. Namun, di 12 bulan pertama sifilis laten terjadi, penderita masih dapat menularkan infeksinya. Setelah 2 tahun, infeksi tidak dapat menular lagi, meskipun bakteri penyebab sifilis masih ada di dalam tubuh. Apabila tidak segera ditangani, sifilis laten dapat berlanjut ke tahap berikutnya, Sifilis Tersier.

Infeksi Sifilis tahap Tersier ini merupakan tahapan dalam penyakit sifilis yang paling berbahaya. Dimana tahap ini biasanya akan muncul 10 sampai 30 tahun setelah infeksi primer. Gejala sifilis tersier umumnya ditandai dengan munculnya gumma atau tumor kecil pada bagian tubuh tertentu.

Di samping itu, sifilis tersier juga dapat berdampak pada organ tubuh lain, seperti jantung, otak, mata, hati, serta pembuluh darah. Karena itulah, penderita sifilis tersier rentan untuk terkena penyakit jantung dan stroke.

"Langkah pengobatan sifilis dilakukan sesuai dengan tahapannya. Bagi penderita sifilis primer dan sekunder, dokter akan mengobatinya dengan menyuntikkan antibiotik  ke dalam otot.

Sedangkan, untuk penderita sifilis tersier akan mendapatkan antibiotik melalui jalur intravena (infus). Untuk ibu hamil penderita penyakit ini juga akan mendapatkan penanganan yang sama dengan pengidap sifilis tersier. 

"Setelah mendapatkan pengobatan, penderita sifilis akan melakukan pemeriksaan darah kembali untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh total," kata Pertama.

Editor: Robby

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami