search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kokain Diprediksi Jadi Sumber Cuan Utama Kolombia Salip Minyak Bumi
Minggu, 17 September 2023, 08:28 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Kokain Diprediksi Jadi Sumber Cuan Utama Kolombia Salip Minyak Bumi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kokain diprediksi menjadi ekspor utama Kolombia dan menyalip komoditas yang selama ini menjadi andalan negara Amerika Latin itu, minyak.

Produksi kokain akhir-akhir ini mencapai rekor tertinggi. Dengan demikian, komoditas tersebut bisa mengganti minyak sebagai ekspor utama, demikian menurut laporan media lokal Kolombia, Le Republica.

Pakar ekonomi Bloomberg Felipe Hernandez menyebut penghasilan Kokain tak jauh dari minyak.

Ekspor minyak menurun 30 persen di semester pertama tahun ini. Sementara itu, tren perdagangan kokain terus meningkat.

Pada 2022 lalu, Kolombia mengantongi US$19,1 miliar atau sekitar Rp293 triliun dari hasil perdagangan minyak. Sementara itu, perkiraan pendapat kokain mencapai 18,2 miliar atau sekitar Rp279 triliun.

Di tahun itu pula, produksi kokain mencapai 1.738 ton dan luas lahan yang ditanami koka mencapai 230.000 hektar. Angka ini meningkat 13 persen dibanding pada 2021.

Sejumlah pihak menduga kemerosotan ekspor minyak karena kebijakan yang keliru anti-narkoba dari Presiden Kolombia Gustavo Petro.

Petro mengatakan akan menindak gembong narkoba yang banyak mengambil untung dari perdagangan kokain. Lebih lanjut, ia menerangkan langkah tersebut akan fokus pada dialog dengan kelompok utama penyelundup narkoba di Kolombia..

Namun sejauh ini kebijakan tersebut tidak hanya gagal, tetapi juga memfasilitasi peningkatan produksi kokain.

Saat hadir di acara konferensi negara Amerika Latin dan Karibia, Pedro mengakui pendekatan dia terhadap kebijakan anti-narkoba telah gagal.

Dia juga menyinggung negara-negara konsumen harus berusaha mengurangi permintaan dan menyalahkan Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB.

"Kami takut untuk mengatakan bahwa Anda, yang merupakan pengguna narkoba terbanyak, salah," ungkap dia, dikutip dari VOZ.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami