Nagaraja Wijaya: Legenda Naga di Bali dan Cina Dituangkan Dalam Karya Seni
beritabali/FB Sujana Kenyem/Nagaraja Wijaya: Legenda Naga di Bali dan Cina Dituangkan Dalam Karya Seni.
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Jhub Art Space membuka agenda art project di 2024 dengan kembali menyambut semangat dari komunitas seni Kertas Padi Bali dalam mengemas suatu pameran bertajuk Naga yang bernama ”Nagaraja Wijaya”, yang didukung oleh Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali untuk menandai pergantian Tahun Baru Imlek 2575.
Kegiatan yang dirancang seperti tahun sebelumnya ini dalam menjaga kebhinekaan dan memperkuat persatuan. Pameran ini menghadirkan hasil karya dari enam belas (16) perupa, dan dikurasi oleh Wayan Sujana Suklu, dan tergabung dalam komunitas seni Kertas Padi Bali yang juga memberikan kontribusi positif dalam menjaga kebersamaan dan keharmonisan akan perpaduan budaya di Bali.
Adapun 16 perupa tersebut adalah Djaja Tjandra Kirana, Handy Saputra, Ipphing, Made Djirna, Made Wiradana, Made Kaek, Made Duatmika, Moelyoto, Nyoman Erawan, Nyoman Sujana Kenyem, Ni Wayan Sutariyani, Ni Wayan Penawati, Putu Wirantawan, Polenk Rediasa, Wayan Kun Adnyana, dan Wayan Redika.
Tahun Baru Imlek sendiri memiliki makna budaya yang mendalam bagi komunitas Tionghoa Indonesia, sebagai waktu untuk refleksi, syukur, dan pembaruan, yang melambangkan awal dari tahun yang penuh kemakmuran. Karakter Naga dalam tradisi masyarakat Tionghoa, memiliki berbagai makna kebaikan dan disimbolkan sebagai entitas kesejahteraan hidup, semisal dalam dinasti kekuasaan, Naga dijadikan perlambang kewibawan, keberanian dan kejayaan.
Melihat berbagai nilai yang dilekatkan pada Naga, maka di setiap hari kebesaran masyarakat Tionghoa akan selalu dimeriahkan dengan ornamen menyerupai bentuk Naga. Entah itu dipertontonkan dalam opera, teaterikal, atau bentuk karya seni yang divisualisasikan melalui berbagai medium.
Dalam konteks ini, judul pameran ”Nagaraja Wijaya” dimaknai sebagai kemenangan para Naga, dan menggambarkan kemenangan kehidupan di tahun Naga, yang memiliki arti penting bagi kehidupan berbangsa.
Pameran ini juga dapat menjadi ruang untuk mengingatkan ikatan sejarah yang kuat antara Indonesia dan Tiongkok, yang telah terjalin selama berabad-abad sejak pelayaran Laksamana Zheng He. Sementara itu, Naga bagi orang Bali juga memiliki cerita transenden yang mirip dengan keyakinan Tiongkok. Makna keseimbangan bumi juga disimbolkan dengan sesosok Naga yang melilit kura-kura, kemudian keduanya dipercaya sebagai dasar penyangga bumi agar tetap jenak pada porosnya.
Putu Agung Prianta selaku founder Jhub Art Space yang juga menjadi Ketua Perhimpunan INTI Bali percaya bahwa keberagaman adalah kekayaan, dan tentunya merupakan sebuah kebanggaan dapat berkolaborasi dengan 16 perupa yang menuangkan karya melalui legenda Naga kaya makna, yang juga menjaga kebhinekaan dan menggambarkan harmoni di kota yang penuh warisan budaya ini Akulturasi budaya antara Bali dan China tersebut dieksplorasi menjadi benih penciptaan, menjadi sesuatu yang unik yang bisa dijelajahi oleh para seniman.
Keunikan dan kesamaan pandang tentang entitas Naga dalam kebudayaan tersebut dapat dinikmati di Jhub Art Space, Jimbaran Hub mulai dari tanggal 23 Februari sampai dengan 23 Maret 2024.
Editor: Robby
Reporter: bbn/rls