search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Netanyahu 'Usir' Warga Sipil Pergi Sebelum Israel Bombardir Rafah
Senin, 18 Maret 2024, 08:57 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Netanyahu 'Usir' Warga Sipil Pergi Sebelum Israel Bombardir Rafah

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mempersilakan warga sipil meninggalkan Rafah, daerah selatan jalur Gaza, sebelum militer membombardir lokasi tersebut. Netanyahu menegaskan pihaknya bakal tetap menyerang wilayah itu untuk mengejar kelompok militan Hamas.

Sebelumnya, sejumlah pihak dari kalangan internasional khawatir atas nasib sekitar 1,5 juta orang yang mengungsi ke Rafah, sebagian besar dari mereka mengungsi dari perang Gaza.

"Tujuan kami untuk menghabisi batalion teroris yang tersisa di Rafah sejalan dengan memungkinkan penduduk sipil meninggalkan Rafah. Ini bukanlah sesuatu yang akan kami lakukan dengan tetap mengunci penduduk di tempat," ujar Netanyahu, mengutip AFP, Minggu (17/3).

Sebelumnya, ia juga menegaskan bahwa Israel akan tetap menyerang Kota Rafah, di selatan Gaza.

Netanyahu menekankan bahwa "tidak ada tekanan internasional yang akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang".

"Untuk melakukan hal ini, kami juga akan beroperasi di Rafah," kata Netanyahu.

Israel berulang kali mengancam akan melancarkan serangan darat terhadap Hamas di Rafah. Wilayah tersebut kini menjadi tempat tinggal bagi hampir 1,5 juta warga Gaza yang sebagian besar mengungsi di dekat perbatasan Mesir.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus sebelumnya mendesak Israel "atas nama kemanusiaan" untuk tidak melancarkan serangan ke Rafah. Ia juga memperingatkan "bencana kemanusiaan ini tidak boleh dibiarkan semakin parah".

Amerika Serikat, sekutu Israel, yang memberikan bantuan militer miliaran dolar juga mengatakan mereka tidak dapat mendukung operasi Rafah tanpa "rencana yang kredibel, dapat dicapai, dan dapat dieksekusi" untuk melindungi warga sipil.

Seiring dengan meningkatnya ketegangan dengan Washington, Netanyahu turut mengkritik pemimpin Senat AS yang mendesak pemerintah Israel untuk mengadakan pemilihan umum baru. Menurut dia pernyataan itu "sama sekali tidak pantas."

"Kami bukan republik pisang," kata Netanyahu merespons pernyataan Pemimpin Mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer.

Schumer merupakan orang Yahudi Amerika dengan jabatan tertinggi dalam sejarah. Schumer sebelumnya juga menyebut Netanyahu sebagai penghalang perdamaian.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami