search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jejak Panjang Prabowo Subianto Jadi Presiden ke-8
Kamis, 25 April 2024, 09:10 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Jejak Panjang Prabowo Subianto Jadi Presiden ke-8

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah resmi menetapkan Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih lewat Pilpres 2024. Prabowo bakal menjadi presiden Indonesia kedelapan menggantikan Presiden Joko Widodo yang akan resmi lengser Oktober 2024 mendatang.

Berikut jejak panjang Prabowo sejak lahir hingga menjadi Presiden ke-8 RI yang telah dirangkum CNNIndonesia.com:

Prabowo Subianto lahir di Jakarta pada hari Rabu, 17 Oktober 1951. Dirinya merupakan anak ketiga dari Soemitro Djojohadikusumo. Soemitro sendiri merupakan seorang ekonom dan juga politisi dari Partai Sosialis Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian pada April 1952 dan Menteri Keuangan pada pada Agustus 1955.

Ibu dari Prabowo sendiri bernama Dora Marie Sigar, seorang blasteran Manado-Jerman Protestan yang berasal dari Minahasa.

Prabowo juga merupakan seorang cucu dari Margono Djojohadikusumo yang merupakan pendiri Bank Negara Indonesia. Keluarga Djojohadikusumo merupakan keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara, seorang panglima laskar Pangeran Diponegoro.

Itu artinya Prabowo masih memiliki keturunan bangsawan dari kesultanan Mataram.

Prabowo pernah tinggal di beberapa negara baik di Asia maupun Eropa. Prabowo pernah bersekolah di Victoria Institution, Kuala Lumpur, Malaysia; Zurich International School, Zurich, Swiss; dan The American School di London, Inggris.

Dirinya harus tinggal berpindah dari satu negara ke negara lain setelah ayahnya melakukan keterlibatan dalam pemberontakan dengan Pemerintah Revolusioner Indonesia menentang Presiden Soekarno.

Karir Militer Prabowo

Prabowo bergabung ke Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1970 dan lulus pada tahun 1974. Itu artinya saat masih mengenyam pendidikan, Prabowo sempat satu pendidikan dengan presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang lulus pada tahun 1973.

Setelah lulus, Prabowo baru memulai karir militernya pada tahun 1976 dengan bergabung sebagai Letnan Dua di TNI Angkatan Darat.

Prabowo berkarir di militer selama 28 tahun. Dirinya pernah menerima beberapa jabatan, diantaranya adalah Komandan peleton di Grup I/Para Komando tahun 1977, Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 tahun 1985, Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 tahun 1991, Komandan Grup 3/Sandi Yudha unit kontra-insurjensi Kopassus tahun 1993, dan Komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal tahun 1995.

Pada tahun 1998, Prabowo dianggap melakukan tindakan yang bertentangan dengan tugas dan wewenangnya pada saat itu. Hal ini membuat Dewan Kehormatan Perwira yang dipimpin oleh Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo mengevaluasi Prabowo atas tujuh tuduhan, termasuk kesalahan dalam analisis tugas dan operasi yang bukan kewenangannya, serta sering bepergian ke luar negeri tanpa izin.

Selama persidangan, Prabowo mengklaim sebagai tawanan perang yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa dan sering memilih untuk bungkam. DKP memutuskan Prabowo bersalah atas ketidakpatuhan, perampasan kemerdekaan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Militer.

Karir Politik Prabowo

Pada tahun 2004, Prabowo mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden Indonesia dari Partai Golkar pada konvensi Capres Golkar tahun 2004. Sayangnya pada saat itu Prabowo kalah suara, sehingga harus merelakan pencalonannya tersebut.

Prabowo menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Golkar hingga dirinya mengundurkan diri dari partai pada tahun 2008.

Setelah mengundurkan diri, Prabowo memutuskan untuk mendirikan partai bersama beberapa rekannya yang diberi nama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Pada saat itu Prabowo menjabat sebagai Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dengan Suhardi sebagai Ketua Umum Partai.

Prabowo mulai menggantikan Suhardi sebagai Ketua Umum pada tahun 2014.

Pada tahun 2008, Gerindra memutuskan untuk mencalonkan Prabowo sebagai bakal calon presiden pada pemilu tahun 2009.

Namun, setelah melewati proses politik Gerindra memutuskan untuk menempatkan Prabowo sebagai calon wakil presiden dengan Megawati Soekarnoputri sebagai calon presiden.

Pada pemilu tahun 2009, pasangan Megawati-Prabowo hanya memperoleh 26,79 persen suara serta harus mengakui keunggulan pasangan SBY-Boediono yang menerima 60,8 persen suara.

Pada tahun 2014, Gerindra mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden. Dirinya berpasangan dengan ketua umum PAN Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden. Pada pemilu ini Prabowo-Hatta berhadapan dengan pasangan Jokowi-JK.

Pasangan Prabowo-Hatta hanya menerima 46,85 persen suara, kalah dari pasangan Jokowi-JK yang memperoleh 53,15 persen suara.

Pada tahun 2019, Gerindra kembali mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden. Pada pemilu ini, dirinya berpasangan dengan mantan wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Prabowo kembali berhadapan dengan Jokowi yang saat itu dipasangkan dengan Ma'ruf Amin.

Prabowo-Sandi hanya menerima 44,5 persen suara, kalah dari pasangan Jokowi-Ma'ruf yang menerima 55,5 persen suara.

Setelah tiga kali kalah dalam rangkaian pemilihan umum presiden, Prabowo memutuskan untuk bergabung dengan pemerintahan dalam kabinet Indonesia Maju.

Dirinya diberi jabatan oleh Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Dirinya dilantik pada bulan Oktober 2019 dan menjabat hingga tahun 2024. Hingga akhirnya pada tahun 2024 Gerindra kembali mencalonkan Prabowo sebagai calon presiden pada pemilu tahun 2024.

Pada pemilu tahun 2024, Prabowo dipasangkan dengan putra pertama Jokowi yang menjabat sebagai Walikota Solo bernama Gibran Rakabuming Raka. Dirinya berhadapan dengan dua calon yaitu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

Pada Pilpres 2024 Prabowo akhirnya keluar sebagai pemenang. Pasangan Prabowo-Gibran berhasil memperoleh 59,59% suara mengungguli pasangan Anies-Muhaimin yang hanya memperoleh 24,95 persen suara. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami