search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Korban TPPO Asal Buleleng Dipaksa Jadi Scammer di Myanmar, Disiksa Jika Gagal Capai Target
Minggu, 23 Maret 2025, 11:19 WITA Follow
image

beritabali/ist/Korban TPPO Asal Buleleng Dipaksa Jadi Scammer di Myanmar, Disiksa Jika Gagal Capai Target.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Seorang warga Buleleng, Kadek Agus Ariawan (37), mengalami pengalaman traumatis setelah menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Myanmar.

Ia dipaksa bekerja sebagai scammer dan mendapat penyiksaan jika gagal mencapai target. Agus akhirnya berhasil diselamatkan dan tiba kembali di Bali pada Jumat (21/3/2025), disambut haru oleh keluarganya.

Agus, warga Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng, awalnya tergiur tawaran pekerjaan sebagai pelayan restoran di Thailand dengan gaji menggiurkan. Bersama rekannya, Ngurah Sunaria dari Desa Jinengdalem, ia berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bangkok pada 5 Agustus 2024. Selain mereka, ada lima warga Indonesia lain yang berangkat dengan tujuan serupa.

Setelah tiba di Bangkok, mereka dibawa dengan bus selama tujuh jam melewati hutan belantara. Agus mulai curiga ketika melihat lokasi mereka semakin jauh dari pemukiman. Setelah memeriksa Google Maps, ia baru sadar bahwa mereka sedang menuju perbatasan Myanmar.

"Saat itu saya sempat ditenangkan oleh PMI lainnya untuk mengikuti alur perjalanan. Mungkin dekat perbatasan ada perusahaan tenaga kerja. Begitu pikiran kami," kata Agus, Sabtu (22/3/2025).

Setelah perjalanan darat, mereka dipaksa menyeberangi sungai dengan sampan. Setibanya di Myanmar, Agus dan rekan-rekannya melihat portal yang dijaga pasukan bersenjata. Mereka dibawa ke sebuah gedung di wilayah Hpa Lu, Myawaddy, yang ternyata adalah tempat eksploitasi pekerja ilegal.

"Saya melihat ada gedung. Portalnya dijaga petugas dengan senjata laras panjang. Saya tidak bisa melawan, hanya pasrah. HP disita. Tapi untung ada satu teman yang berhasil menyembunyikan HP-nya, sehingga kami bisa bikin video permintaan pertolongan yang akhirnya viral di media sosial," tuturnya.

Di lokasi itu, Agus dipaksa bekerja sebagai scammer dengan target menipu orang dari berbagai negara, seperti Iran, Turki, dan Rusia, menggunakan tautan online. Mereka bekerja 16 jam sehari, tanpa gaji dan hanya diberi makanan seadanya.

"Kami dipaksa menipu orang dengan tautan online yang kami berikan," ujarnya.

Jika target tidak tercapai, Agus dan rekan-rekannya disiksa. Ia pernah menolak bekerja, tetapi akibatnya ia disetrum dan dipukul dengan tongkat. Bahkan, ada korban lain yang tetap dipaksa bekerja meskipun dalam kondisi koma dan diinfus.

"Kalau tidak mencapai target, kami disiksa. Hal itu kami rasakan selama berbulan-bulan. Bahkan ada korban lain yang disiksa hingga koma, tetap dipaksa bekerja sambil diinfus. Ada yang mencoba bunuh diri karena tidak kuat mendapat siksaan luar biasa," ungkapnya.

Pada 16 Februari 2025, Agus dan Sunaria mencoba melarikan diri. Namun, mereka tertangkap petugas keamanan dan sempat ditodong dengan senjata AK-47. Beruntung, saat itu ada tentara pemberontak yang melintas dan menyelamatkan mereka. Mereka dibawa ke tempat penampungan dan menjalani perawatan selama tiga minggu sebelum akhirnya bertemu dengan petugas Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon.

Dari Myanmar, mereka dievakuasi ke Thailand melalui Bandara Don Mueang, Bangkok, sebelum akhirnya dipulangkan ke Indonesia.

Meski telah kembali ke tanah air, Agus masih mengalami trauma berat akibat pengalaman buruknya di Myanmar. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada tawaran kerja di luar negeri, terutama yang berasal dari agen tidak resmi. Ia juga berharap para pelaku perdagangan manusia segera ditangkap dan dihukum.

"Saya harap penyalurnya segera bisa ditangkap, agar jera," tandasnya.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/rat



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami