search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Angka Kematian Bayi di Bali Rendah, Tapi Kasusnya Masih Memprihatinkan
Senin, 16 Juni 2025, 10:24 WITA Follow
image

beritabali/ist/Angka Kematian Bayi di Bali Rendah, Tapi Kasusnya Masih Memprihatinkan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Meski angka kematian bayi di Bali tergolong rendah dibandingkan rata-rata nasional, kasus yang terjadi masih memprihatinkan.

Penyebab utamanya, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), adalah keterlambatan masyarakat dalam membawa bayi sakit ke fasilitas kesehatan.

Hal ini disampaikan oleh Dr. IGN Sanjaya, Sp.A(K), Ketua IDAI Cabang Bali, dalam sebuah pertemuan di Sanur, Denpasar.

“Setiap kematian bayi pasti ada auditnya. Salah satu penyebab yang paling sering adalah keterlambatan datang ke rumah sakit. Bayi yang datang dalam kondisi gawat biasanya sudah terlambat ditangani,” ujarnya, Sabtu, (14/6/2025) di Sanur, Kota Denpasar.

Senada dengan itu, Ketua Umum IDAI Pusat, Dr. dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A (Kardio) menegaskan bahwa angka kematian bayi di Indonesia masih jauh di atas negara-negara maju.

“Singapura sudah satu digit, kita masih dua digit. Salah satu faktor utamanya adalah terlambatnya rujukan karena kurangnya pemahaman masyarakat soal tanda-tanda kegawatan pada bayi,” jelasnya.

Piprim menekankan pentingnya peran kader dan masyarakat dalam mengenali gejala kegawatan seperti bayi sesak napas, tidak aktif, atau membiru akibat gagal jantung. Edukasi ke tingkat desa dianggap vital dalam mempercepat penanganan dan rujukan ke rumah sakit.

Tak hanya faktor medis, tantangan geografis, budaya, hingga infrastruktur juga turut mempersulit proses rujukan di berbagai wilayah, termasuk di Jawa Barat dan daerah-daerah terpencil di Indonesia.

“Masalahnya bukan sekadar kekurangan dokter, tapi banyak bayi datang sudah dalam kondisi kritis karena telat dikenali dan telat dirujuk,” tegas Piprim.

IDAI berharap partisipasi aktif masyarakat dalam mengenali dan segera membawa bayi ke fasilitas kesehatan saat menunjukkan tanda-tanda bahaya, dapat menekan angka kematian dan kesakitan bayi di Indonesia.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami