Potensi Bisnis Karang Hias Hasil Budidaya Mencapai Rp 40 Miliar Per Bulan
Selasa, 28 Mei 2019,
08:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Ahli transplantasi terumbu karang yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Bali, Ir Nengah Manu Mudita, mengatakan potensi bisnis terumbu karang hias hasil transplantasi atau budidaya di Bali sangat besar yakni mencapai puluhan miliar rupiah per bulan. Meski mempunyai potensi besar, namun bisnis budidaya terumbu karang hias ini belum bisa digarap secara maksimal.
[pilihan-redaksi]
"Sangat besar potensinya, 80 persen suplai karang hias dunia berasal dari Indonesia. Dari tahun 2.000 semenjak ditemukan tehniknya, maka sudah mulai bergeser ke terumbu karang hasil transplantasi atau budidaya, sudah tidak lagi mengambil dari alam," ujarnya di Denpasar, Senin (27/5/2019).
Kedepan, Kata Manu, dengan teknik transplantasi terumbu karang ini, diharapkan seluruh terumbu karang hias yang akan diekspor ke luar negeri adalah terumbu karang hias hasil budidaya atau transplantasi.
"Sesuai dengan ketentuan pemerintah, investasi terumbu karang dari alam sudah tertutup, namun terumbu karang hasil budidaya masih terbuka. Indonesia sangat terkenal dengan terumbu karang hiasnya. Austaralia juga kirim (ekspor), tapi jenisnya tidak seperti Indonesia," jelas pria pemegang hak paten teknik transplantasi terumbu karang ini.
Terumbu karang hias hasil transplantasi dari Bali, selama ini sudah dikirim ke berbagai negara di benua Asia, Eropa, Amerika, hingga ke China. Ekspor terumbu karang hias hasil budidaya atau transplantasi ini, menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir yang ada di Bali.
"Terumbu karang Indoenesia sudah terkenal. Potensi pasarnya besar, orang lain tidak punya, sekarang bagaimana caranya mengelola agar potensi ini bisa berlanjutan. Dengan metode budidaya berkelanjutan diharapkan bisnis ini juga bisa berkelanjutan, juga berkelanjutan dalam perbaikan lingkungan laut," ujarnya.
Dengan adanya inovasi transplantasi terumbu karang, kata Manu Mudita, sudah ada peraturan tentang pengiriman terumbu karang hasil budidaya yang hasilnya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
[pilihan-redaksi2]
"Jangan sampai peluang ini nanti diambil oleh negara lain, karena kita sudah punya hak paten transplantasi terumbu karang. Budidaya terumbu karang hasil transplantasi juga sudah berkembang di beberapa pantai di Bali seperti di Serangan, Candidasa, Tembok, Nusa Penida, Gilimanuk, Sumberkima, Patas, dan Les. Selain untuk bisnis, usaha ini juga sekaligus untuk memperbaiki lingkungan. Siapa yang bisa melakukan konservasi jika tidak ada uang?. Jadi kita jual sebagian, dan sebagian lagi untuk upaya konservasi," ujarnya.
Potensi bisnis terumbu karang hias sebulannya di wilayah Bali dan Banyuwangi, kata Manu, mencapai Rp 40 miliar. Harga terumbu karang hias tergantung jenisnya mulai Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu per potongnya. Ada sekitar 40 jenis terumbu karang hias dengan masa panen mulai 16 bulan sampai 3 tahun tergantung dari jenisnya.
"Karang hias ini adalah hobi, bukan industri. Terumbu karang yang ada di laut dan menjadi gulma atau hama, itu bisa kita jadi bernilai jika kita tata dengan baik, tapi itu kan ongkosnya mahal. Jadi upaya konservasi itu juga perlu diimbangi dengan adanya pemasukan bagi masyarakat pesisir," ujarnya. [bbn/psk]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: -