Kolonel Cantiasa : Bali Tak Lagi Seperti yang Dulu
Senin, 17 Oktober 2016,
16:05 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Kolonel Infanteri I Nyoman Cantiasa yang menjabat Komandan Korem (Danrem) 163/Wira Satya mengungkapkan tak menyangka akan diberi tugas di daerah kelahirannya sendiri di Bali. Pasalnya, putra asli daerah Bali itu selama ini sejak tahun 1986 bertugas di luar Bali dan baru pada tahun 2015 lalu ia menjejakkan kakinya di Pulau Bali.
Danrem Kolonel Infanteri I Nyoman Cantiasa bercerita jika begitu bertugas pertama kali di Bali ia mengaku sangat kaget karena Bali tak lagi seperti yang dikenalnya dulu. Saat ini, kata Kolonel Cantiasa, sudah banyak organisasi masyarakat (ormas) yang satu dengan lainnya justru bertengkar dan tak sedikit bentrokan antar-ormas itu jatuh korban jiwa.
"Saya kaget masuk ke Bali sudah ada banyak ormas sekarang. Awalnya, ormas-ormas ini bertindak seperti yang saya harapkan yakni bersama-sama menjaga Bali. Tetapi faktanya tidak, mereka ribut. Saya kaget, saya fikir hanya di luar Bali saja ada ormas, ternyata sama seperti di Ambon, Sampit. Sama saja, ketika konflik kita bunuh-bunuhan antar saudara kita sendiri," ucap Kolonel Cantiasa saat simakrama atau tatap muka dengan wartawan di Bali, Senin (17/10/2016).
Melihat realita itu, Kolonel Cantiasa mengajak semua pihak untuk kembali merajut kebersamaan. Menurutnya, dalam ajaran agama Hindu ada ajaran Tri Hita Karana, sementara di Muslim ada ajaran habluminallah, habluminannaas. Ia mengaku cukup berat begitu diminta mengabdi untuk Bali, lantaran i tak pernah dialaminya kala bertugas di Ambon, Aceh dan daerah lainnya.
"Kita harus tingkatkan terus silaturahmi. Selain mempererat silaturahmi, juga untuk menyambung rasa, juga mengikat persaudaraan sebagai anak bangsa. Tahun kemarin saya diminta mengabdi. Saya rasa cukup berat. Me-maintanance wilayah sendiri cukup berat, beda dengan di Ambon, Aceh. Bali yang penuh adat istiadat dan budaya jadi tantangan sendiri," ungkapnya.
Untuk itu, Kolonel Cantiasa menyatakan dalam pertemuan dengan para pimpinan media dan para wartawan ini adalah sebagai sarana komunikasi sosial. Ia menilai, selama ini sudah ada ikatan antara media dan TNI sehingga tinggal mempererat dan memperlancar saja ke depannya. Baginya, media memiliki peran penting dalam membangun realitas sosial meski dipandang secara berbeda, tapi tidak ada yang menyangkal dalam perubahan masyarakat.
"Media begitu sentral mengisi sejarah bangsa. Ketika kita kehilangan dokumentasi, kita lari ke media. Misalnya bagaimana sejarah Kopassus, pertempuran di suatu titik dan daerah, itu kita ke media. Tempat aman menyimpan dokumentasi ya media. Media cerminan masyarakat, disampaikan apa adanya. Media mampu turut merekonstruksi kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Kesempatan ini kita komitmenkan menjaga Bali, merajut indahnya perbedaan," terangnya, dilansir baliberkarya.
Kolonel Cantiasa yang dikenal murah senyum itu juga menuturkan tentang pengalamannya saat bertugas di Ambon dan daerah konflik lainnya akibat perbedaan yang berujung permusuhan dan pertengkaran hingga saling bunuh sehinga yang tersisa hanyalah penyesalan belaka. Kala itu, lanjutnya, pada tahun 2000 di Ambon pemuda sudah habis akibat pemuda kelompok A menyerang kelompok B dan kelompok B mennyerang kelompok A sehingga generasi yang masih tertinggal yaitu anak kecil di bawah 10 tahun dan para janda.
"Saya takut hal itu terjadi di Bali. Dengan perbedaan, itu menjadi permusuhan. Mestinya ini menjadi ikatan kekuatan. Sama seperti di TNI berbeda, tapi kompak, punya spektrum masing-masing. Perbedaan harus dijadikan potensi dan kekuatan bukan konflik. Kalau dijadikan konflik endingnya penyesalan dan sampai sekarang di Ambon masih terkotak-kotak," tandasnya.[bbn/bbk/psk]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: -