Mengenal Istilah People Pleaser: Sebab dan Akibat
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Anda tentu sering mendengar istilah 'people pleaser'. Istilah tersebut merujuk kepada orang yang sulit menolak atau berkata tidak kepada orang lain.
Perilaku people pleaser dikatakan sebagai respons terhadap trauma terhadap pengabaian. Seperti yang dialami oleh Jones.
Jones selalu takut menolak orang lain, ini menjadi respons traumanya karena merasa diabaikan secara emosional oleh ayahnya.
"Ayahku hampir tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintaiku. Aku pikir ayahku hanya akan bahagia setiap kali aku melakukan sesuatu yang membuatnya bahagia," kata Jones, dilansir South China Morning Post.
Baca juga:
6 Film Indonesia Bertema Mental Health
Bertahun-tahun dicaci maki atau kurang dihargai membuat Jones mengesampingkan kebutuhannya sendiri demi menghindari pelecehan emosional, verbal, maupun fisik.
Ini adalah bentuk traumatis yang menurut para ahli disebut 'menjilat' (fawning), yakni sebuah upaya menenangkan ancaman untuk menghindari konflik.
"Penjilat (fawner) atau people pleaser akan sangat terikat pada gagasan "orang yang sangat baik". Seringkali melibatkan kepercayaan, "dengan bersikap baik akan melindungiku dari situasi yang tidak menyenangkan dengan teman atau keluarga"," jelas psikoterapis dari Irlandia, Katie McKenna.
Baca juga:
10 Fakta tentang Mental Health dari WHO
Walau respons trauma ini terlihat tidak berbahaya, para ahli memperingatkan bahwa "bersikap terlalu baik" sebenarnya adalah mekanisme koping maladaptif dengan dampak serius.
Sering kali dampaknya memengaruhi kemampuan untuk menjadi diri mereka sebenarnya, dalam menetapkan batasan, dan dalam memprioiritaskan emosi serta kebutuhan mereka sendiri.
Sikap menjadi people pleaser juga dapat menyebabkan hubungan tidak sehat dengan orang lain di masa depan. (Sumber: Suara.com)
Reporter: bbn/net