PBB: 19 Ribu Orang Mengungsi di Lebanon Imbas Israel-Hizbullah Memanas
![image](https://beritabali.com/uploads/berita/Berita_232410081058_pbb-19-ribu-orang-mengungsi-di-lebanon-imbas-israel-hizbullah-memanas.webp)
beritabali.com/cnnindonesia.com/PBB: 19 Ribu Orang Mengungsi di Lebanon Imbas Israel-Hizbullah Memanas
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
PBB pada Senin (23/10) mencatat lebih dari 19.000 orang telah mengungsi di Lebanon imbas meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah di perbatasan selatan negara itu.
Badan Migrasi PBB (IOM) juga memperkirakan angka tersebut terus bertambah karena masih memanasnya konflik di kawasan tersebut.
"Peningkatan insiden lintas batas telah mengakibatkan 19.646 orang di Lebanon mengungsi, baik di wilayah selatan maupun di tempat lain di negara ini," pernyataan resmi PBB seperti diberitakan Arab News.
"Kami memperkirakan jumlahnya akan meningkat seiring berlanjutnya ketegangan lintas batas" atau jika terjadi peningkatan kekerasan, kata juru bicara IOM Mohammedali Abunajela kepada AFP dalam sebuah pernyataan.
Militan Hamas menyerbu Israel dari Jalur Gaza pada 7 Oktober dan menewaskan sedikitnya 1.400 orang. Pejabat Israel sebelumnya mengatakan sebagian besar korban adalah warga sipil.
Kampanye pemboman balasan Israel telah menewaskan lebih dari 5.000 warga Palestina. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas juga menyatakan sebagian besar korban jiwa adalah warga sipil.
Kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, melancarkan serangan yang meningkat terhadap Israel dan meningkatkan kekhawatiran bahwa kelompok tersebut bermaksud membuka front dari Lebanon untuk mendukung sekutunya, Hamas.
Israel telah melakukan serangan lintas batas dan pemboman di Lebanon, sedangkan kelompok Palestina juga melancarkan upaya infiltrasi terbatas ke Israel.
Lusinan komunitas telah diperintahkan mengungsi di Israel, sementara ribuan warga sipil di Lebanon telah melarikan diri, banyak yang menuju ke wilayah lain di selatan atau daerah di dalam atau di luar ibu kota Beirut.
Lebanon, yang sedang bergulat dengan kelumpuhan politik dan krisis ekonomi selama empat tahun, belum menerapkan rencana evakuasi.
Namun, Perdana Menteri Najib Mikati mengatakan negaranya sedang mengembangkan tanggap darurat "sebagai tindakan pencegahan."
Baca juga:
israel-mulai-pakai-bom-sengat-baja-gempur-hamas-di-gaza" target="_self" title="Militer Israel Mulai Pakai 'Bom Sengat Baja' Gempur Hamas di Gaza">Militer Israel Mulai Pakai 'Bom Sengat Baja' Gempur Hamas di Gaza
Abunajela dari IOM mengatakan di tengah memburuknya situasi ekonomi dan peningkatan kemiskinan yang signifikan di seluruh populasi di Lebanon, pengungsian internal dapat menambah tekanan pada sumber daya masyarakat yang menampungnya.
"Sebagian besar pengungsi saat ini berlindung di lingkungan tuan rumah dan keluarga, sementara ada tiga sekolah yang ditunjuk, dikelola oleh pemerintah setempat yang juga digunakan sebagai tempat penampungan," kata Abunajela.
Seorang koresponden AFP pekan lalu melihat banyak keluarga yang mengungsi di sekolah-sekolah umum yang diubah menjadi tempat penampungan di selatan kota Tyre, di mana pihak berwenang mengatakan mereka sedang mencari tempat untuk membuka pusat penampungan keempat.
Setidaknya 40 orang tewas di sisi perbatasan Lebanon, menurut penghitungan AFP - sebagian besar adalah kombatan tetapi juga termasuk setidaknya empat warga sipil, salah satunya adalah jurnalis Reuters Issam Abdallah.
Empat orang tewas di Israel, termasuk tiga tentara dan satu warga sipil.
Meskipun saling balas dendam sejauh ini relatif terkendali, para analis telah memperingatkan bahwa kemungkinan Hizbullah meningkatkan keterlibatannya dapat bergantung pada invasi darat Israel ke Gaza.
Krisis di Lebanon telah melumpuhkan layanan dasar, mulai dari listrik hingga layanan kesehatan dan pendidikan.
"Sistem kesehatan negara ini menghadapi kekurangan sumber daya yang parah, termasuk obat-obatan" dan tenaga medis, kata Abunajela.
"Dalam konteks ini, menanggapi pengungsian dalam skala besar dan dampak kesehatan yang mungkin terjadi... mungkin membebani sistem kesehatan yang sudah rapuh," ia memperingatkan.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net