Pimpin Kudeta Lawan Putin, Ini Nasib Bos Wagner Prigozhin
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Yevgeny Prigozhin membuat berita. Mantan sekutu Presiden Vladimir Putin sekaligus pimpinan tentara bayaran Rusia Wagner, yang ikut berperang di Ukraina tersebut, kini menjadi ancaman bagi Kremlin.
Bagaimana tidak, ia melakukan pemberontakan melawan pertahanan Putin dengan melakukan penyerbuan 200 kilometer (km) dari Moskow, akhir pekan kemarin. Tentaranya bahkan sudah mendekat ke ibu kota negara.
Sayang pemberontakan itu gagal. Ia mendadak membatalkan misi dan akhirnya diasingkan ke Belarusia.
Dikatakan ia menarik pasukannya karena pemerintah Rusia setuju menghilangkan tuduhan pemberontak padanya. Tapi bagaimana nasibnya kini?
Mengutip analis Presiden Grup Eurasia, Ian Bremmer, Prigozhin kini bak "orang mati yang berjalan" setelah memimpin pemberontakan yang gagal melawan Putin. Ia diyakini akan dieksekusi dalam waktu dekat.
"Saya akan sangat terkejut bahwa dia masih bersama kita dalam waktu beberapa bulan," katanya dimuat CNBC International, Senin (26/6/2023).
"Putin telah memenjarakan dan membunuh orang jauh daripada apa yang telah dilakukan Prigozhin padanya ... Tidak terbayangkan bagi saya bahwa Putin akan membiarkannya hidup lebih lama dari yang diperlukan," tambahnya lagi.
Diketahui Prigozhin bersama Wagner berhasil merebut Markas Besar Distrik Militer Selatan di Rostov-on-Don. Kota ini secara strategis simbolis adalah pusat logistik dan komando untuk perang Putin di Ukraina.
Ini pun membuat tentara Kremlin bergegas melindungi ibu kota. Apalagi, Rostov bisa dikuasai hanya dalam hitungan jam.
Baca juga:
Bos Wagner Usai Sempat Upaya 'Kudeta'">Rusia Masih Ingin Hukum Bos Wagner Usai Sempat Upaya 'Kudeta'
"Jelas ini menunjukkan tingkat kelemahan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Presiden Putin," kata Bremmer.
Sebenarnya pemberontakan Prigozhin merupakan akumulasi kekesalannya atas tindakan militer Rusia yang diangganya sewenang-wenang terhadap Wagner. Pasukannya kekurangan amunisi meski sudah meminta ke kementerian.
Perseteruan makin sengit saat militer di Moskow menginginkan semua tentara bayaran swasta yang berperang di Ukraina menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan pada 1 Juli. Prigozhin jelas menolak itu.
Apalagi setelahnya, tentara Rusia menembaki Wagner. Ini tambah membuat pria 64 tanin itu meradang.
"Tujuan Prigozhin adalah untuk menarik perhatian Putin dan memaksakan diskusi tentang kondisi untuk mempertahankan aktivitasnya, peran, keamanan, dan pendanaan yang ditentukan," tulis seorang peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, Tatiana Stanovaya, di Twitter.
Ia mengatakan upaya Prigozhin sebenarnya bukanlah tuntutan untuk menggulingkan pemerintah. Tetapi, ia tengah putus asa untuk menyelamatkan perusahaannya, dalam hal ini Wagner.
"Ia berharap jasa Prigozhin dalam mengambil Bakhmut ... akan diperhitungkan dan kekhawatiran tersebut akan menarik perhatian serius Putin," katanya.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net