Raja Salman Siap Jadi Juru Damai AS-Cina
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Arab Saudi menyatakan siap untuk menjadi penghubung antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. Hal ini dinyatakan saat hubungan antara dua negara besar itu mengalami ketegangan geopolitik.
Berbicara di World Economic Forum (WEF) di Davos, Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan menyerukan kerja sama global. Ia juga menegaskan kemampuan Saudi untuk mempertahankan dialog terbuka dengan semua kekuatan politik utama di tengah perang Rusia di Ukraina, persaingan antara Washington dan Beijing, dan pasar energi yang fluktuatif.
"Saya benar-benar berpikir bahwa kita perlu fokus pada kolaborasi, kerja sama, menghindari lebih banyak ketegangan geopolitik, dan menyerukan solusi tenang dan politik untuk ketegangan geopolitik," ujarnya kepada CNBC International, Senin (16/1/2023).
"Kami membuat posisi kami sangat jelas tentang masalah ini, apakah itu di majelis umum di PBB atau di forum lain."
Ditanya tentang kemampuan Arab Saudi untuk memfasilitasi dialog antara Washington dan Beijing, Al Jadaan menyatakan Riyadh memiliki hubungan yang baik antara kedua negara sehingga dapat menjembatani komunikasi keduanya.
"Saya akan mengatakan ya. Kami memiliki hubungan yang sangat strategis dengan AS, dan kami memiliki hubungan dekat dengan Cina, dan kami pikir kami dapat menjembatani kesenjangan tersebut," tambahnya.
Arab Saudi dan AS memiliki hubungan sejak tahun 1930-an, yang telah dilihat sebagai bentuk imbal atas minyak. Washington juga menjual persenjataan canggih kepada Riyadh serta memberikan pelatihan dan operasi bersama dengan militer Saudi.
Namun, sikap dingin pemerintahan Presiden Joe Biden akhir-akhir ini telah meningkatkan ketegangan Negeri Paman Sam dengan negara pimpinan Raja Salman itu. Salah satunya adalah saat Biden dengan lantang menuding Riyadh sebagai dalang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Arab Saudi pun juga bersikap dingin setelah tuduhan Biden itu. Terbaru, Riyadh menolak untuk memompa lebih banyak minyak ke pasar global untuk mengimbangi hilangnya pasokan Rusia, meskipun ada permintaan dari Gedung Putih.
China, sementara itu, selama bertahun-tahun telah membuat terobosan sebagai mitra dagang utama Arab Saudi dan pembeli terbesar minyaknya. Sejauh ini, hubungan Riyadh dengan Beijing lebih fungsional dan ekonomis daripada strategis.
Namun, Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah membeli lebih banyak senjata Cina, khususnya bagi senjata yang tidak dijual Washington seperti drone.
Transfer teknologi dan proyek infrastruktur Cina juga tumbuh di kerajaan itu, karena Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman berusaha mendiversifikasi aliansi negaranya dan membuatnya lebih mandiri.
Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi Arab Saudi pada bulan Desember. Kedua negara pun menandatangani perjanjian kemitraan strategis yang oleh Kementerian Luar Negeri Cina pada disebut sebagai "tonggak penting dalam sejarah hubungan Cina-Arab."(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net