search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ini Gejala Serangan Jantung Yang Sering Diremehkan
Kamis, 15 Desember 2022, 12:15 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Ini Gejala Serangan Jantung Yang Sering Diremehkan

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Kebanyakan orang pasti pernah merasakan nyeri leher. Terkadang nyeri leher ini membuat penderitanya memiringkan kepala ke satu sisi agar terasa lebih enak.

Dalam kebanyakan kasus, nyeri leher disebabkan oleh postur tubuh yang buruk, saraf terjepit atau leher yang terkunci dalam posisi yang tidak nyaman saat tidur. Namun jangan sepelekan nyeri leher. 

Dalam beberapa kasus, rasa sakit pada leher bisa menjadi indikasi masalah kesehatan yang lebih serius, seperti serangan jantung. Penelitian NHS menemukan bahwa 70 persen orang tentu mengetahui bahwa nyeri di dada bisa jadi gejala serangan jantung. 

Namun, ironisnya kurang dari 30 persen sadar bahwa sakit leher bisa juga jadi pertanda gejala serangan jantung. Pada dasarnya, serangan jantung terjadi ketika suplai darah ke jantung tersumbat, yang dapat membuat jantung kekurangan oksigen yang berpotensi menyebabkan kerusakan otot yang serius.

Bedanya Henti Jantung dan Serangan Jantung

Sebagian orang tidak bisa membedakan serangan jantung dengan henti jantung. Henti jantung biasanya terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan dengan penderitanya dapat kehilangan kesadaran dengan cepat.

Henti jantung membuat jantung berhenti secara total dan tidak memiliki denyut nadi. Mereka yang mengalami henti jantung biasanya akan meninggal dalam beberapa menit jika tidak menerima perawatan segera. Pasalnya, serangan jantung dapat menyebabkan henti jantung.

Wakil kepala medis Vitalitas Anushka Parchava mengatakan salah satu risiko terbesar dari penyakit kardiovaskular (CVD) adalah kebiasaan merokok.

"Faktor lainnya termasuk kelebihan berat badan dan terlalu banyak minum alkohol. Selain itu, mungkin ada faktor metabolisme, seperti kolesterol tinggi atau diabetes," ucap Parchava dilansir dari The Sun.

Kata dia, stres yang tinggi dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang merupakan penyebab CVD dan faktor penyebab serangan jantung.

"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengelola stres, mungkin termasuk aktivitas fisik atau menjaga kesehatan mental, menggunakan teknik seperti mindfulness dan meditasi," lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa penting juga untuk mengingat hubungan antara masalah kesehatan mental, seperti depresi, yang dapat berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit jantung dan peredaran darah.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami