search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tumpek Krulut, Cinta Kasih dan Tetabuhan
Kamis, 9 Agustus 2007, 10:27 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Penyelenggaran Tumpek Krulut bila dihayati secara mendalam merupakan penciptaan rasa saling kasih mengasihi antara sesama manusia dengan sarana seni tetabuhan. Penegasan ini disampaikan Wawali Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, SE. M.Si. Kamis (9/8) di ruang kerjanya.

Lanjut Rai Mantra di dampingi Kabag Humas Kota Denpasar, Made Erwin Suryadarma,SE. Upacara Tumpek Krulut dilaksanakan sesuai dengan tuntunan pustaka rontal “Aji Gurnita.” Rangkaian acara ini ditandai dengan berpaduannya tetabuhan dari semua perangkat gong yang ada di Denpasar. Ritual ini bermula pada pemujaan terhadap kekuatan taksu yang selama ini telah membuat Bali memiliki identitas tersendiri di tengah peradaban.

Khusus untuk pelaksanaan Tumpek Krulut menurut Rai Mantra digelar sebelum matahari tenggelam. Pemaknaan Tumpek Krulut ini layak disosialisasikan secara kontinyu dikalangan masyarakat, mengingat didalamnya tersirat makna filosofis yang amat kuat.



Apalagi perayaan Tumpek Krulut merupakan persembahan kepada Tuhan dalam manefestasinya sebagai Ciwa. “Dalam konteks ini keharmonisan yang didasari alunan nada akan menembus sapta petala atau sapta loka,” ujar Rai Mantra yang juga sebagai pemerkasa perayaan Tumpek Krulut di Kota Denpasar.

Erwin menambahkan pemujaan Tumpek Krulut di mulai jam enam sore diawali pementasan tari rejang yang melibatkan 100 penari dan tari telek, dilanjutkan persembahyangan bersama serta diisi tetabuhan oleh 9 sekaa diantaranya gong
kebyar, semar pagulingan, joget bumbung, gandrung,saron, angklung, gong beri, gambang dan slonding.

Diharapkan pada saat bersamaan selain dilakukan pemujaan yang dipusatkan di Lapangan Puputan Badung menurut Erwin setiap banjar di Kota Denpasar agar membunyikan kentongan banjar dan gambelan yang ada selama 3 menit sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Maheswara sebagai dewanya segala jenis tetabuhan gambelan dan bunyi-bunyian. (gus/*)

 

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami