Polisi Puyeng Asal Barang Bukti Pedang
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Sejumlah saksi telah diperiksa polisi. Para saksi mengaku menyaksikan bentrok antar preman di Deejay Café. Sebelum perang dimulai, puluhan preman lebih dulu berkumpul di atas tangga café. Mereka tidak datang bergerombol, tapi datang satu persatu.
Sekonyong-konyong, sekitar pukul 08.15 Wita, begitu melihat Ketut Mustiada alias Budi (korban meninggal, red) keluar dari mobil bersama 3 temannya yakni, Ketut Mustika, Ngakan Made Aribawa dan Wayan Suparta alias Kayun (korban meninggal, red) kelompok preman langsung melakukan penyerangan.
“Korban Budi saat itu tidak pakai baju dan tidak membawa pedang. Empat bodyguard itu langsung diserang 20 kelompok preman. Tersangka En (salah satu pengeroyok, red) terluka ditangan kanan saat bentrok,” ungkap salah seorang sumber penyidik di Poltabes, yang namanya tidak ingin di online-kan.
Ini yang membuat polisi puyeng darimana asal barang bukti pedang. Padahal, menurut Wakapoltabes Denpasar AKBP Gde Alit Widana, saat polisi datang, dua mayat tergeletak dan Budi memegang pedang. Sementara, para saksi mengatakan, Budi tidak membawa pedang dan menantang para pelaku dalam kondisi telanjang dada.
Apakah penyerangan direncanakan 20 orang preman? Sumber belum bisa memastikan. Pasalnya, empat tersangka En, Op, Men dan Pret mengatakan, penyerangan secara spontanitas setelah melihat Budi cs datang. Empat bodyguard itu datang atas panggilan pemilik Deejay Café Haryanto, cina asal Surabaya.
Mengingat penyerangan dilakukan secara spontanitas dan tanpa perencanaan membuat penyelidikan akan mudah terlacak. Kemudahannya yakni dalam menginterogasi saksi dan menangkap para tersangka.
Reporter: bbn/bgl