RI-Malaysia Minta Uni Eropa Buat Kriteria Yang Adil
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Pemerintah Indonesia dan Malaysia selaku produsen sawit terbesar di dunia merasa mendapat perlakuan diskriminasi dari Uni Eropa terkait soal level emisi. Kedua negara ini merasakan perbedaan perlakuan antara minyak sawit dan minyak nabati non sawit (vegetable oils). Terkait hal tersebut, kedua negara melalui Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Industri Perkebunan dan Komoditi Malaysia, Datuk Peter Chin Fah Kui sepakat meminta kepada Uni Eropa untuk membuat suatu kriteria yang adil bagi kedua jenis minyak tersebut.
Menurut Anton, angka-angka yang berkaitkan dengan level emisi pada sawit dinilai belum berdasarkan hasil studi ilmiah sehingga referensinya dianggap belum valid. “Sebagian contoh, sawit kurang dipertimbangkan sebagai tanaman tahunan yang berbeda dengan tanaman semusim, sehingga kontribusi terhadap penyerapan karbon tentu berbeda,” ujar Anton menjawab pers usai acara Pertemuan Kerjasama Bilateral Komoditi Indonesia-Malaysia, di Kuta, Jumat (25/4).
Untuk itu, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk dilakukannya studi yang lebih mendalam dengan melibatkan ilmuwan dari Indonesia dan Malaysia termasuk dari negara-negara maju di dunia, sehingga hasilnya lebih akurat terutama yang menyangkut masalah emisi karbon. “Kami sepakat untuk lebih proaktif dalam melakukan studi tersebut,” tandas Anton. Saat ini, Indonesia masih menempati posisi teratas sebagai Negara produsen sawit dengan produksi sekitar 17 juta ton/tahun, disusul Malaysia 16,8 juta ton/tahun.
Reporter: bbn/sin