Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Swine Flu Cemaskan Peternak Babi

Minggu, 28 Juni 2009, 18:40 WITA Follow
Beritabali.com

images.google.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Merebaknya kasus flu babi (swine flu) beberapa waktu yang lalu membuat sejumlah peternak babi di Jembrana mencemaskan kelangsungan usahanya. Sejak kasus tersebut mulai populer di telinga masyarakat, minat penggemar daging babi untuk menyantap masakan beraroma babi relatif menurun sehingga para peternak babi potong merasakan adanya penurunan permintaan dan penurunan harga daging.

Ketut Gemuh, salah seorang peternak babi mengakui kalau pasca merebaknya kasus flu babi ini dirinya mengalami penurunan permintaan babi potong. “Gara-gara kasus flu babi ini, permintaan babi potong kepada saya mengalami penurunan,” kata peternak yang memiliki ratusan babi ketika ditemui, Minggu (28/6).

Namun Gemuh menolak menyebutkan berapa pastinya penurunan tersebut. Gemuh sejatinya juga merasa khawatir dengan merebaknya kasus flu babi ini lantaran kalau penyakit yang disebabkan virus H1N1 ini mampir di hewan ternaknya tentu dirinya akan mengalami kerugian hingga mencapai ratusan juta rupiah. “Kalau sampai babi-babi saya mati karena tertular penyakit, tentu saya dirugikan hingga ratusan juta. Jumlah itu kan sangat besar buat saya,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan I Nengah Ardika, seorang peternak babi asal Dusun Tibu Kleneng, Perancak. Ardika sangat mencemaskan usaha ternak babi yang sudah dirintisnya sejak lama. ”Saya sangat takut kalau penyakit itu menulari babi saya. Kalau sudah tertular, bisa-bisa usaha saya bangkrut,” kata Ardika.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan (Perkutut), I GN Sandjaja ketika dihubungi terpisah mengakui kalau sejak merebaknya kasus flu babi ini, banyak peternak babi yang mengeluhkan adanya penurunan permintaan maupun harga daging babi. “Saya juga prihatin dengan kondisi ini. Padahal mereka hanya sebagai korban dari kesalahan istilah,” ujar Sandjaja, Minggu (28/6).

Menurut Sandjaja, istilah flu babi tersebut harus diluruskan menjadi influenza A H1N1 karena berdampak negatif bagi kegiatan usaha peternakan babi. Sandjaja juga mengungkapkan kalau merujuk dari hasil penyidikan Balai Penyidikan Penyakit Veteriner (BPPV) Denpasar, hingga saat ini di Bali belum ditemukan adanya virus H1N1 pada babi di Bali.

“Inilah yang perlu diluruskan sehingga tidak merugikan para peternak babi maupun pengusaha hasil olahan dari daging babi,” tandasnya. Sandjaja menambahkan ganasnya influenza A H1N1 yang menjangkiti manusia sehingga berujung kematian sejatinya berawal dari perkawinan antara flu pada manusia dengan flu pada babi. “Itulah makanya jadi ganas,” pungaks Sandjaja. 

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami