Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan

Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Ngaben ‘Happy’ ala Jero Mangku Wayan Candra
Denpasar
Minggu, 26 Juli 2009,
07:50 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Upacara ngaben (kremasi) di Bali dikenal sebagai sebuah ritual kematian dengan atmosfir atau suasana duka. Namun di tangan seniman asal Desa Sesetan Denpasar, Jero Mangku Wayan Candra (57), ngaben ‘disulap’ menjadi suatu ritual yang penuh kegembiraan dan keiklasan.
Prosesi upacara ngaben ‘happy’ yang diprakarsai Jero Mangku Wayan Candra ini di gelar di Desa Sesetan Denpasar Bali pada 16 Juli lalu. Upacara ngaben ini sedikit berbeda dibanding upacara sejenis lainnya di Bali karena disertai dengan aneka atraksi seni dan budaya.
Upacara ngaben massal yang dipusatkan di sekretariat perkumpulan seni GASES Bali ini diikuti oleh 28 keluarga. Sawa atau jenazah warga yang di-aben (kremasi) ini tak hanya berasal dari Desa Sesetan, tapi juga dari beberapa desa di sekitar Desa Sesetan seperti Pedungan dan Panjer.
Upacara yang dipimpin oleh 9 orang pendeta ini diawali dengan menaikkan jenazah atau sawa ke atas wadah berbentuk lembu dan menara tinggi yang disebut bade. Setelah diupacarai, puluhan wadah jenazah ini kemudian diarak ke setra atau kuburan Desa Adat Sesetan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi pemberangkatan di Sekretariat perkumpulan seni Gases Bali.
Selain arak-arakan wadah jenazah, dalam perjalanan menuju kuburan desa ini juga dipentaskan beberapa atraksi seni budaya mulai seni gambelan bleganjur, seni tari baris, hingga pawai patung ogoh-ogoh. Dengan adanya hiburan seni ini, ritual ngaben yang sebenarnya merupakan ritual kematian jauh dari suasana duka dan isak tangis.
Menurut Ketua Panitia Ngaben Massal ini, Jero Mangku Wayan Candra (57), format upacara ngaben ini dibuat agar ritual ngaben berjalan tidak monoton seperti yang berlangsung selama ini.
“Ngaben disertai atraksi seni ini mempunyai makna khusus. Seni itu membuat orang senang. Kalau sudah senang, maka akan muncul rasa iklas. Nah, kalau sudah iklas, ritual ini akan menjadi utama,†jelas Candra.
“Selain itu, kita semua juga pasti akan mati. Jadi kalau sudah tahu akan mati, kenapa harus bersedih? Nikmati saja, karena hidup ini adalah penebusan dosa,†imbuh Mangku Wayan Candra.
Menurut Candra, dengan adanya ngaben massal ini, warga yang kurang mampu atau minus dalam hal ekonomi juga bisa dibantu.
“Dengan adanya upacara ini, jenazah keluarga warga yang sudah meninggal tidak terlalu lama tidak diaben karena bisa menjadi butha cuil, roh jahat yang bisa mengganggu kehidupan umat manusia,†ujarnya. (bob)
Prosesi upacara ngaben ‘happy’ yang diprakarsai Jero Mangku Wayan Candra ini di gelar di Desa Sesetan Denpasar Bali pada 16 Juli lalu. Upacara ngaben ini sedikit berbeda dibanding upacara sejenis lainnya di Bali karena disertai dengan aneka atraksi seni dan budaya.
Upacara ngaben massal yang dipusatkan di sekretariat perkumpulan seni GASES Bali ini diikuti oleh 28 keluarga. Sawa atau jenazah warga yang di-aben (kremasi) ini tak hanya berasal dari Desa Sesetan, tapi juga dari beberapa desa di sekitar Desa Sesetan seperti Pedungan dan Panjer.
Upacara yang dipimpin oleh 9 orang pendeta ini diawali dengan menaikkan jenazah atau sawa ke atas wadah berbentuk lembu dan menara tinggi yang disebut bade. Setelah diupacarai, puluhan wadah jenazah ini kemudian diarak ke setra atau kuburan Desa Adat Sesetan yang berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi pemberangkatan di Sekretariat perkumpulan seni Gases Bali.
Selain arak-arakan wadah jenazah, dalam perjalanan menuju kuburan desa ini juga dipentaskan beberapa atraksi seni budaya mulai seni gambelan bleganjur, seni tari baris, hingga pawai patung ogoh-ogoh. Dengan adanya hiburan seni ini, ritual ngaben yang sebenarnya merupakan ritual kematian jauh dari suasana duka dan isak tangis.
Menurut Ketua Panitia Ngaben Massal ini, Jero Mangku Wayan Candra (57), format upacara ngaben ini dibuat agar ritual ngaben berjalan tidak monoton seperti yang berlangsung selama ini.
“Ngaben disertai atraksi seni ini mempunyai makna khusus. Seni itu membuat orang senang. Kalau sudah senang, maka akan muncul rasa iklas. Nah, kalau sudah iklas, ritual ini akan menjadi utama,†jelas Candra.
“Selain itu, kita semua juga pasti akan mati. Jadi kalau sudah tahu akan mati, kenapa harus bersedih? Nikmati saja, karena hidup ini adalah penebusan dosa,†imbuh Mangku Wayan Candra.
Menurut Candra, dengan adanya ngaben massal ini, warga yang kurang mampu atau minus dalam hal ekonomi juga bisa dibantu.
“Dengan adanya upacara ini, jenazah keluarga warga yang sudah meninggal tidak terlalu lama tidak diaben karena bisa menjadi butha cuil, roh jahat yang bisa mengganggu kehidupan umat manusia,†ujarnya. (bob)
Berita Premium
Reporter: -
Berita Terpopuler
ABOUT BALI

Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Senin, 22 September 2025

Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Sabtu, 20 September 2025

Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Sabtu, 23 Agustus 2025

Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem
Jumat, 30 Mei 2025

29 Pasangan Ikuti Nikah Massal di Pengotan
Kamis, 15 Mei 2025