Bocah Buta Berharap Bisa Sekolah

Beritabali.com, Negara

Kamis, 18 Februari 2010, 19:39 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Ketut Widiadnyani (9), putri kedua pasangan suami istri Putu Suardana (42) dengan Nyoman Eka Erniti (38) asal Banjar Petanahan, Batuagung, Jembrana tidak semujur bocah lainnya. Pasalnya, bocah yang mengalami kebutaan ini sangat berharap bisa sekolah

Eka Erniti yang merupakan istri ketiga Suardana ketika ditemui awak media di rumahnya, Kamis (18/2) menuturkan anak keduanya terlahir dalam kondisi normal namun memasuki umur dua bulan tumbuh benjolan pada mata kanannya.

Saya sempat periksakan ke salah satu rumah sakit di Denpasar, ujarnya seraya mengaku sudah lupa nama rumah sakitnya itu. Ketika diperiksa, imbuh Erniti, dikatakan hanya bengkak biasa lalu diberikan obat.

Saya sempat obati sebanyak tiga kali, selanjutnya terpaksa berhenti dan dilanjutkan dengan pengobatan di rumah, karena selain jauh, juga karena keterbatasan biaya untuk melanjutkan pengobatan di Denpasar, imbuhnya.

Hingga usianya sembilan tahun, kata Erniti, pertumbuhan anaknya sama sekali tidak terganggu termasuk dalam pergaulan dengan teman-teman sebayanya.

Hanya saja kedua penglihatannya tidak normal, satu mata kanannya sudah buta total, sementara mata kirinya agak rabun, katanya. Dengan keterbatasan seperti ini, Erniti mengaku putrinya itu tidak bisa menjalani masa sekolah seperti layaknya bocah seumurannya.

Saya trenyuh karena hampir setiap hari putri saya minta sekolah, ujarnya lirih. Erniti mengaku tidak bisa memenuhi keinginan putrinya itu karena cacat juga karena ketiadaan biaya lantaran hidupnya saja sudah pas-pasan. Saya hanya mengandalkan penghasilan suami saya yang hanya menjadi buruh memasarkan sapi di Beringkit, ujarnya.

Made Nandra (65), kakek Widiadnyani, mengakui kalau sejak kecil cucu kesayangannya itu mengalami kebutaan. Nandra sangat prihatin melihat kondisi cucunya itu, terlebih kalau lagi menonton televisi.

Kalau nonton TV, matanya harus nempel di layar TV, terangnya. Keprihatinan itu kian bertambah ketika mendengar permintaan cucunya untuk disekolahkan. Sayangnya saya tidak bisa memenuhi keinginannya untuk bersekolah, ujarnya.

Nandra sangat berharap agar pemerintah dapat membantu memberikan jalan keluar bagi keluarganya. Saya berharap bisa dibantu agar cucu saya bisa melihat sehingga dia bisa sekolah,pintanya.

Sementara itu Kadis Kessos Jembrana, dr Putu Suasta ketika dikonfirmasi, Kamis (18/2) mengatakan Widiadnyani belum masuk dalam buku cacat yang mendapat bantuan dari Mensos.

Saya cek dulu di daftar waiting list untuk anak cacat, kalau dia masuk di sana (waiting list) nanti bisa dapat bantuan sebagai pengganti yang meninggal, terangnya.

Terkait masalah kebutaannya, Suasta mengaku akan mengecek dulu bagiamana penanganan sebelumnya. Apa sudah pernah ditangani atau belum, kita cek dulu.

Lanjut Suasta jika kebutaannya sudah permanen maka penanganan yang dilakukan dengan cara mengurangi keterbatasanya melalui alat bantu seperti kaca mata. Terkait keinginan Widiadnyani bersekolah, Suasta berharap bisa masuk di sekolah umum.

Namun jika alat bantu tetap tidak bisa, kita sarankan masuk di SLB A. Namun di Jembrana tidak ada, sekarang apakah keluarganya mau anaknya sekolah di Denpasar, pungkasnya.

logo

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami