search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengabdi Untuk Kepentingan Umat di Pura Jagadnatha
Kamis, 20 Juni 2013, 12:14 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com. Denpasar. Ida Bagus Mangku Ketut Japa (45), adalah pemangku di Pura Agung Jagadnatha, Denpasar  yang telah banyak mengadi  terhadap umatnya, beliau mengadi dari tahun 1989 sampai sekarang.

Sebelum menjadi seorang pemangku, beliau ngayah sebagai juru sapuh sekaligus penjaga Pura Jagadnatha. Dari kediamannya Br. Balun, Denpasar Barat ia berkisah tentang sepenggal kisah lamanya.

Banyak hal – hal yang aneh terjadi dalam masa pengabdiannya. Begitu juga banyak sudah membantu umat yang telah berhasil dalam mencapai permohonan.

“Dulu, ada orang menikah dua puluh satu tahun tidak punya anak. Mereka divonis tidak punya anak oleh dokter kandungan. Akhirnya berhasil memiliki punya anak sesuai dengan apa yang di mohonkan, yakni anak laki. Orangnya masih ada bukti hidup hingga sekarang “, katanya.

Bukan saja umat Hindu yang ada di Bali yang telah berhasil memohon keturunan, bahkan ketika itu ada juga yang telah berasal dari negeri jiran Malaysia melaksanakan persembahyangan yang dituntun langsung  oleh Jro Mangku.

“Setelah berhasil mereka memiliki keturunan, akhirnya mereka menghaturkan babi guling beserta banten. Kebetulan saya yang buatkan banten waktu itu “, imbuhnya.

Gelar pemangku yang diperolehnya merupakan atas dasar dari masa pengabdiannya yang telah lama berlangsung. Pengadiannya telah membuahkan hasil positif. Ia resmi diangkat menjadi pemangku pada tahun 2003 melalui surat keputusan tentang penunjukan pemangku oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Denpasar.

Ida Bagus Mangku berkisah kembali di masa silam, kondisi Pura Jagadnatha pada tahun 1989 sangat memprihatinkan. Dimana tempat haturan atau tempat menaruh sarana persembahyangan waktu itu belum ada. Masih sederhana dan terbuat dari bambu. Begitu juga halaman Pura dipenuhi tumbuhan rumput ilalang.

“ Walaupun kondisinya memprihatinkan, tetapi banyak umat yang datang tangkil bersembahyang “, kenangnya lagi.

 


Kala itu, baru ada satu pemangku yang bertugas melaksanakan menghaturkan sarana persembahyangan setiap hari. Dan satu pengayah sebagai juru sapuh atau penjaga pura yaitu Ida Bagus  Mangku sendiri.

“Dua setengah tahun saya tidur dan bersih – bersih di Pura. Cuman mandi sama makan di Gria Panti, sementara istri saya sebagai juru buat canang di Gria Panti yang tinggal bersama anak pertama, sekaligus sebagai anak tunggal hingga sekarang “, ungkapnya.

Sepanjang menjadi Jro mangku, beliau memperoleh banyak kebahagiaan  dan kebanggan tersendiri karena melayani umat hingga detik ini. Beliau meyakini besar kemurahan Tuhan terhadap umatnya.

“Tapi kalau ada yang memohon untuk naik jabatan , saya yakin tidak berhasil. Ada pernah yang begitu, saya tidak mau sebutkan namanya,“ tambahnya. ( eja )
 

Reporter: bbn/sin



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami