search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pelebonan Pejuang Penulis Bali, Nyoman S. Pendit
Sabtu, 21 Juni 2014, 16:14 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist (Istri & Nyoman S. Pendit)

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Upacara Ngaben Nyoman Suwandi Pendit, pejuang-penulis Bali, akan dilangsungkan 29 Juni 2014 di kota kelahirannya, Tabanan. Sosok yang amat produktif menulis buku dan berbagai artikel tentang filsafat, sejarah, dan pariwisata ini meninggal dengan tenang di Jakarta 18 November tahun lalu pada usia 86 tahun.

Selain tiga adikaryanya, Bali Berjuang, translasi Bhagavadgita, dan epos Mahabaratha, Nyoman juga telah menulis puluhan buku dan artikel ilmiah tentang pariwisata sehingga Pemerintah menganugerahinya bintang Adikarya Pariwisata Nasional pada tahun 1994. 

Terlahir dari keluarga miskin, Nyoman muda adalah seorang pejuang yang terlibat langsung bergerilya sebagai Letnan Dua Tentara Pelajar Sunda Kecil, dalam Resimen Ngurah Rai. Pengalaman menakjubkan inilah yang kemudian ia tuangkan dalam buku Bali Berjuang yang terbit perdana pada tahun 1954.

Sepanjang awal kemerdekaan yang bergejolak, Nyoman adalah Ketua Umum Gerakan Tentara Pelajar Pejuang (GPP) Sunda Kecil (Januari 1950 – Desember 1954). Usai berjuang di medan laga, ia berjuang pula di bidang ilmu dan berangkat ke India pada tahun 1954 untuk meraih gelar Bachelor of Art dari Visva Bharati University yang didirikan oleh Pujangga Besar Rabindranath Tagore di Santiniketan, India.

Di masa awal kemerdekaan pun Nyoman tak berhenti berjuang. Melalui pemikiran, tulisan, maupun aktivitasnya yang intensif, Nyoman S. Pendit menjadi salah satu pelopor pengembangan pariwisata moderen bagi negerinya Indonesia maupun tanah kelahirannya, Bali. Semasa muda ia aktif di Dewan Pariwisata Indonesia, sebelum kemudian menjadi Sekretaris Eksekutif Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) sampai dengan tahun 1995.

Pengalaman amat kaya di bidang inilah yang mendorongnya menulis dua buku yang hingga kini menjadi acuan bagi pelajar maupun pegiat pariwisata Indonesia, yaitu Pariwisata: Sebuah Studi, Analisa dan Informasi dan Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana (keduanya terbit perdana pada 1967). Dengan “semangat 45”-nya pula Nyoman menulis ratusan artikel di berbagai media massa yang menginspirasi para pegiat industri pariwisata Indonesia.

Di dunia jurnalistik Indonesia, Nyoman S. Pendit juga dikenal sebagai wartawan otodidak. Sejak tahun 1953 ia aktif menulis untuk menuangkan pikiran maupun pengalamannya. Biar bagaimana pun, buku Bali Berjuang adalah sebuah “laporan pandangan mata” yang jernih untuk ukuran jurnalistik.

Bakat melaporkan melalui tulisan ini nampaknya adalah bawaan lahir Nyoman sehingga ia pun terlibat sebagai koresponden di berbagai media seperti Bali Post, Indonesian Observer, Harian Merdeka, World Star Magazine, Suara Karya, Sinar Harapan, dan Suara Pembaruan.

Sampai menjelang akhir hayatnya, Nyoman amat produktif menulis di Bali Post dan Majalah Tamasya. Ia juga adalah penulis tetap rubrik Periskop di majalah Travel Guide.   

Bakat menulis juga membawa Nyoman S. Pendit bersentuhan dengan dunia sastra Indonesia. Karya sastranya berupa cerita pendek, esai, dan sajak bertebaran di berbagai majalah yang terbit di tahun-tahun 1950-1960-an, seperti Mimbar Indonesia, Kebudayaan Indonesia, Kisah, Siasat, Horison (semuanya terbit di Jakarta), Bhakti (terbit di Singaraja), dan Damai (terbit di Denpasar).

Sebagian karya sastranya, seperti cerpen, esai dan sajak diterbitkan dalam buku dengan judul  Doa & Harapan pada tahun 2006. Sikap sastra Nyoman antara lain tertuang di sepotong syair berikut ini yang ia tulis untuk menyambut Kongres Kebudayaan di Solo tahun 1959:

sebagai anak masyarakat bebas
aku tidak bisa berlepas
dari bercinta atas
kata dan napas
karena kata dan napas
dalam sastra
dalam susila
 
Kini pejuang dan penulis yang amat produktif dan inspiratif itu telah tiada. Ia meninggalkan seorang istri, tiga putra, dan satu putri. Sesuai keinginannya di akhir hayat, Nyoman pun akhirnya “pulang” ke haribaan tanah kelahirannya Tabanan untuk menyatu ke semesta yang telah menghadirkannya.

Rangkaian upacara Ngaben beliau akan dimulai pada tanggal 28 Juni 2014 dan berakhir dengan acara meajar-ajar pada 1 Juli 2014.

Sesuai hasratnya pula, pengabenan ini akan berlangsung dalam suasana kebersamaan di Lingkungan Keluarga Besar Pendit di Banjar Sakenan Belodan, Tabanan, Bali. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami