Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Pendekatan Hati Ala Jokowi Kunci Sukses Pembangunan

Sabtu, 5 Juli 2014, 07:00 WITA Follow
Beritabali.com

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pendekatan hati yang dilakukan Gubernur Joko Widodo merupakan kunci sukses pembangunan di ibukota Jakarta. Pendekatan hati ala Jokowi juga mampu menuntaskan pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR)atau yang dikenal Jalan Ora Rampung-Rampung.

Hal itu terungkap dalam peluncuran dan bedah buku "Diplomasi Hati Menembus Kebuntuan Pembangunan JORR ala Jokowi" tulisan Kristin Samah dan Daniel Bayu Adiryntoko, terbitan PT Gramedia, Jumat (4/7/2014).

Buku yang menjadikan ahli infrastruktur berat asal Bali, Anak Agung Ngurah Wirawan sebagai sumber informasi utama yang diselesaikan selama 2,5 bulan itu, menjelaskan Jokowi melakukan pembangunan dengan proses menumbuhkan kepercayaan terus menerus dari warga kepada pemerintah maupun sebaliknya, guna memberi keyakinan dan kepastian bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah adalah benar-benar untuk kepentingan bersama.

"Kami memaparkan, bagaimana Jokowi melakukan sebuah pendekatan hati agar para pengembang, tim pembebasan tanah, dan semua pihak yang terlibat dalam proyek mampu memuluskan upaya pembebasan lahan dan mempercepat proses pembangunan. Dalam hal ini, pak Jokowi tak segan-segan langsung turun dan menyerap aspirasi," ujar Ngurah Wirawan, yang juga panelis bedah buku tersebut.

Ngurah Wirawan menuturkan keberhasilan Jokowi yang melengkapi bukti bahwa Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 2, yakni Ir Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah pemimpin yang bekerja dan membangun tanpa mencederai rakyat.

Ahli infrastruktur berat, Anak Agung Ngurah Wirawan menyatakan selama ini pembangunan selalu indentik dengan pengusuran, perampasan lahan warga, peminggiran hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, sehingga diperlukan pendekatan hati seorang pemimpin.

"Pembangunan jalan tol di DKI Jakarta memerlukan pendekatan kepada masyarakat yang merasa dirugikan, terutama lahan warga yang akan dijadikan jalan tersebut, sehingga pembangunan itu pun banyak mengalami hambatan," jelas Ngurah Wirawan.

Dalam buku setebal 149 halaman itu mengupas sejarah singkat masuknya Pemprov DKI Jakarta di industri jalan tol sejak 2005. Dimulai dengan ajakan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto yang disambut Gubernur Sutiyoso diakhir masa pemerintahannya, sampai dengan peran Gubernur Fauzi Bowo selama lima tahun dan belum juga selesai.
    
"Dalam pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR) I dan JORR II serta jalan tol radial 6 ruas dalam kota yang melintasi tengah kota dan menghubungkan semua JORR memang perencanaannya cukup lama, namun tidak terealisasi karena berbagai alasan. Masalah tersebut terus berlanjut terkait masalah pembebasan lahan, tetapi sejak di era Gubernur Joko Widodo yang akhirnya mampu menuntaskan Jalan Ora Rampung-Rampung," imbuhnya.
    
Diplomasi hati ala Jokowi, kata Ngurah Wirawan, merefleksikan sikap mental pemimpin yang bekerja keras dengan konsep mendengar dulu bukan menjelaskan terlebih dahulu. Puluhan tahun aplikasi proyek infrastruktur dimulai dengan penjelasan pemerintah mengenai proyek, bukan dengan mendengarkan kebutuhan rakyat sehari-hari di lokasi proyek.

"Pola ini berubah drastis ketika Jokowi masuk ke pemukiman kumuh di Kelurahan Petukangan Selatan sebanyak 130 kepala keluarga tidak mau dibebaskan. Dengan gaya pendekatan Jokowi kepada masyarakat yang sebelumnya menolak ada pembebasan untuk jal tol tersebut, akhirnya berubah setelah dilakukan penjelasan secara langsung oleh Gubernur Jokowi," tuturnya.
    
Lebih jauh Ngurah Wirawan mengungkapkan saat itulah masyarakat kota melihat Gubernur Jokowi adalah sosok pemimpin yang mau mendengar keluhan warga dan menyelesaikan permasalahan secara kedekatan perseorangan.

"Sosok Jokowi bagi masyarakat Kota Jakarta adalah sebagai seorang ayah, teman dan saudara yang membutuhkan bantuan serta dukungan. Cairnya hati warga bukan karena sulap atau sihir, tetapi karena pendekatan melalui hati," ungkapnya.

Ngurah Wirawan mengaku sosok Joko Widodo (Jokowi) memang tidak suka dengan pembangunan jalan tol yang berlebihan, karena dia memimpikan  rakyat Kota Jakarta bergerak menggunakan kereta, bus dan berjalan kaki. Jokowi menombak paradigma pemimpin selama ini, jika dalam menyelesaikan harus diselesaikan dengan wajah garang.

"Jokowi menyadari bahwa saat ini panjang jalan di Kota Jakarta masih sangat kurang, sehingga pergerakan kendaraan bermotor sangat terbatas dan kemacetan terjadi sepanjang hari.

Jokowi 'blusukan' mencari solusi bagaimana agar pembebasan tanah dapat selesai dalam waktu singkat," tandasnya.

 

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami