search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Wirausaha Pemula Bisa Cari Modal Usaha Lewat Crowdfunding
Kamis, 21 Mei 2015, 16:50 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Calon Wirausaha (startup), pemilik ide inovatif/kreatif, termasuk para pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) seringkali terbentur masalah dana saat hendak memulai usaha mereka. Padahal ini bisa diatasi dengan cara Crowdfunding, atau pengumpulan dana alternatif dari masyarakat secara online, untuk membantu mewujudkan impian calon wirausaha.
 
Hal ini terungkap dalam Workshop Crowdfunding, yang digelar di kampus STMIK Primakara, jalan Tukad Badung Denpasar, Kamis (21/5/2015). Workshop menghadirkan dua pembicara utama yakni DR Tatang A Taufik, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT serta praktisi crowdfunding dari Singapura, Kwek Hong Sin , yang juga Founder dan CEO Phoenixict.
 
Di depan peserta workshop, praktisi Crowdfunding asal Singapura, Kwek Hong Sin mengatakan, alasan kesulitan dana untuk modal usaha, saat ini sudah bisa diatasi dengan cara alternatif crowdfunding. 
 
"Masalah funding (pembiayaan) saat ini sudah bukan menjadi halangan lagi dalam memulai suatu usaha atau untuk mewujudkan sebuah projek atau ide ide dan inovasi kreatif. Cara crowdfunding saat ini sudah banyak digunakan untuk mewujudkan sebuah usaha atau gagasan-gagasan kreatif dan inovatif,"jelas perempuan berdarah campuran Malaysia dan China ini.
 
Cara pengumpulan dana lewat crowdfunding, jelas Hong Sin, terbukti sudah berhasil membantu orang-orang dalam mewujudkan ide-ide kreatifnya, termasuk digunakan oleh pengusaha asal Inggris Sir Richard Branson.
 
"Cara pengumpulan dana lewat crowdfunding digunakan Richard Branson untuk membuat pesawat terbesar di dunia. Dan ini sudah terbukti, dimana dana dari masyarakat global terkumpul untuk membantu mewujudkan hal tersebut. Dengan adanya sistem pengumpulan dana alternatif crowdfunding ini, ide-ide kreatif dan inovatif seperti itu akan bisa terwujud," ujarnya.
 
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT, DR Tatang A Taufik mengatakan, crowdfunding merupakan bentuk pola kemitraan dan pendanaan secara gotong-royong.
 
"STMIK Primakara bisa menjadi inspirasi bagi kampus lain sebagai kampus sarjana pencipta lapangan kerja dan pengusaha. Primakara juga bisa menjadi inspirasi, tentang bagaimana cara mengatasi halangan sumber daya termasuk dana dalam memulai sebuah usaha atau untuk kembangkan inovasi. Caranya lewat crowdfunding ini. Primakara bisa membantu terbentuknya sebuah ekosistem yang mendukung untuk berinovasi,"ujarnya.
 
Tatang mengatakan ingin mendorong agar cara pengumpulan dana lewat crowdfunding ini bisa berkembang di seluruh wilayah Indonesia. Karena didalamnya ada semangat gotong royong, semangat bekerja sama, serta pola kemitraan gotong royong, yang merupakan semangat asli Bangsa Indonesia.
 
" Dengan semangat gotong royong, bekerja bersama, crowdfunding merupakan sebuah model pembiayaan untuk mewujudkan suatu hal atau usaha dengan sumber pembiayaan dari berbagai pihak. Jadi ini sebenarnya bukan hal baru, karena di kultur kita sudah dilaksanakan sejak lama. Kerja sama-sama mewujudkan satu hal, pendanaan secara gotong royong,"paparnya.
 
Beberapa pola crowdfunding yang sudah ada antara lain dalam bentuk  donasi/sumbangan, hadiah, pinjaman/hutang, dan ekuitas. Di Indonesia sendiri, model pengumpulan dana lewat Crowdfunding sudah berjalan. Misalnya Wujudkan.com yang sudah bisa mengumpulkan dana Rp 700 juta lebih untuk 413 proposal yang masuk.
 
"Meski sudah berjalan, tapi kita ada beberapa PR (pekerjaan rumah) yang harus diselesaikan terkait crowdfunding, seperti  masalah legalitas karena belum adanya dasar hukum yang kuat, bagaimana mekanisme bakunya, bagaimana praktek pasarnya,  persoalan keterbatasan pengetahuan masyarakat, dan masalah budaya budaya, karena ini terkait saling percaya, serta budaya saling memberi dan saling membantu,"jelas Tatang.
 
Ketua Yayasan Primakara Bali, Made Artana, mengatakan, sejak model crowdfunding hadir, kampus STMIK Primakara sudah konsen mendukung dan selalu mengikuti perkembangannnya.
 
"Sejak hadir, kita tahu ini merupakan cara untuk mencari uang, untuk mewujudkan sebuah project atau bisnis. Sebuah studio di Bandung misalnya, dibiayai Rp 700 juta dari crowdfunding untuk pembuatan sebuah project film, padahal mintanya hanya Rp 500 juta. Ini menjadi alternatif ke depan untuk sebuah proyek idealis dan prestis. Kita mendapatkan sebuah cara baru untuk mendapat dana,"ujarnya.
 
Di Bali, kata Made, kampus STMIK Primakara membantu calon wirausaha untuk mengumpulkan dana lewat tedung.com. Kedepan, masyarakat diharapkan akan lebih memahami crowdfunding.
"Ke depan potensi pengumpulan dana lewat crowdfunding ini masih sangat besar. Starter atau wirausaha pemula bisa memanfaatkan cara ini untuk mewujudkan usaha ata ide ide kreatifnya. Termasuk usaha kecil menengah atau UKM di Bali,"ujarnya.

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami