search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pasar Domestik Menggeliat, Namun Ekspor Bali Turun
Selasa, 3 November 2015, 09:15 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar.‎ Meski secara grafik data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ekspor - Impor Bali mengalami fluktuatif, namun yang menjadi perhatian justru turunnya nilai ekspor itu disebabkan bergeliatnya pasar domestik. 
 
"Ada peralihan pasar dari pengusaha kita, karena melihat potensi domestik tidak kalah dengan pasar luar negeri," ujar Panusunan Siregar, Kepala BPS Provinsi Bali di Denpasar, Senin (2/11/2015). 
 
Panusunan mengungkapkan jika perkembangan nilai kumulatif ekspor Bali periode Januari - September 2014/2015 menunjukkan penurunan -8,04 persen. Periode Januari - September 2014 besar ekspor Bali USD 399.055.822, sedangkan pada periode yang sama Januari - September 2015 besarnya USD 366.969.203.
 
"Pada periode ini ada penurunan nilai ekspor Bali sebesar 8,04 persen," ungkapnya. 
 
Namun ia menegaskan secara PDRD ekspor negara kita meningkat, karena dalam PDRB ada ekspor penggunaan yang terbagi dua komponen ekpor ke luar dan ke dalam. 
 
"Komponen ekspor dalam negeri terus mengalami peningkatan, pasalnya pengusaha dengan sedikit profit mereka tidak perlu bersusah payah lagi ekpor, toh dari dalam negeripun mereka sudah mendapatkan profit," tegasnya.
 
‎Menurutnya, jika  pengusaha ingin mendatangkan devisa bagi negara, otomatis ekspor keluar yang mesti digenjot. Terbalik, jika pengusaha ingin mengembangkan ekspor dalam negeri, mereka dengan sedikit energi dan sedikit profit, mereka tidaklah perlu bersusah payah ekspor keluar profit sudah bisa diraup. 
 
Panusunan menjabarkan 10 komoditas penyebab dominan penurunan nilai ekspor kumulatif selama periode Januari - September 2015 terhadap periode yang sama di tahun 2014 seperti, kayu (barang dari kayu), pakaian jadi bukan rajutan, ikan dan udang, mesin mesin/pesawat mekanik, perhiasan/permata, kaca (barang dari kaca), plastik (barang dari plastik), produk keramik, benda benda dari besi dan baja, barang barang rajutan. 
 
"Jika ditotal secara kumulatif 10 komoditas penyebab dominan turunnya ekspor (-14,05) dikurangi dengan total komoditas lainnya (5,25) maka didapat penurunan nilai ekspor sebesar -8,04 persen," jelasnya.
 
 
Ditengah turunnya nilai ekspor secara kumulatif, BPS juga mencatat perkembangan nilai dan kontribusi ekpor dari 10 negara tujuan utama selama periode Agustus 2015 dan September 2015 sebesar 5,23 persen. Sedangkan lima komoditas yang diekspor selama bulan september menurut Panusunan antaranya, ikan dan udang 19, 66 persen, perhiasan/permata 14,40 persen, kayu (barang dari kayu) 10,67 persen, perabot/penerangan rumah 10,03 persen, pakaian jadi bukan rajutan 9,79 persen, dan lainnya 35,45 persen. Sedangkan secara prosentase ekspor barang asal Bali di periode Januari - September 2015 sebesar 58.19 persen.
 
Dari sisi import barang Bali secara kumulatif  selama bulan Januari - September 2015 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014 telah mengalami penurunan sebesar 61,58 persen.
 
"Saat ini baru pertama kali import kami sajikan. Import yang maksudnya agar diketahui, import kita itu apa saja sih, agar bisa dilihat jenis komoditinya," ujarnya. 
 
‎Lebih lanjut ia menjelaskan jika komoditinya tidak dipisahkan mana yang konsumsi, barang modal, atau bahan baku tidak akan nampak jelas komoditi import yang mendominasi. Inilah perlunya kita pisahkan komoditinya agar lebih gamblang dilihat.
 
Data BPS dengan gamblang menjelaskan penggunaan barang impor kumulatif selama periode Januari - September 2014 dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 rupanya barang modal masih mendominasi impor kumulatif Bali yaitu sebesar 62 persen (2014), dan 65 persen (2015).
 
Panusunan berharap jangan salah kaprah dengan yang dimaksud barang modal, karena barang modal yang dimaksud pihaknya bisa apa saja seperti, investasi tanah, mesin, SDM, dan lainnya. 
 
"Jika industri kita masih tergantung impor seperti ini, mungkin industri kita akan terganggu, dan mungkin ini yang perlu disubtitusi kedepannya agar tidak ada lagi ketergantungan dengan pihak luar," tutupnya. [bbn/dws]

Reporter: bbn/eng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami