search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Unik, Desa Pakraman Buleleng Gelar Melasti Setelah Nyepi
Kamis, 24 Maret 2016, 01:05 WITA Follow
image

beritabali.com/suartha

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BULELENG.

Melasti biasanya dilakukan sebelum hari Nyepi. Namun Desa Pekraman Buleleng melaksanakan rangkaian upacara melasti setelah pelaksanaan Hari Suci Nyepi, bertepatan dengan Purnama Ke Dasa yang diikuti ribuan krama Desa Pakraman Buleleng.
 
Ribuan krama Desa Pakraman Buleleng, Rabu (23/3/2016) tumpah ruah melaksanakan rangkaian melasti atau disebut juga melis atau mekiyis yang bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber atau mata air yang disucikan.
 
Keunikan bagi Desa Pakraman Buleleng, pelaksanan melasti dilakukan setelah Hari Nyepi yang diikuti 81 sarad dan 25 kotak ampilan dari 14 banjar pakraman di  desa Pakraman Buleleng karena mengacu pada lontar sunarigama dan aji swamandala.
 
“Melasti berdasarkan lontar Sunarigama dan lontar Aji Swamandala yakni nganyudang malaning gumi, ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan, sehingga bertepatan di bulan Purnama Kedasa, melasti dilakukan,” ungkap Kelian Desa Pakraman Buleleng I Nyoman Sutrisna.
 
Kelian Pakraman Buleleng mengungkapkan, ada empat tujuan dari pelaksanaan melasti yang dilakukan desa pakraman buleleng yang pada intinya membersihkan bhuwana agung dan bhuwana alit dari kekotoran.
 
“Tujuan melasti ada empat yakni Ngiring Parwaterk Dewata atau mengingatkan umat untuk meningkatkan bakti kepada Ida sanghyang Widhi wasa, anganyutaken laraning jagat atau membangun kepedulian untuk mengentaskan penderitaan masyarakat, anganyut aken papa klesa atau menguatkan diri dengan membersihkan diri dari kekotoran rohani serta anganyut aken letuhan bhuwana atau bersama-sama menjaga kelestarian alam,” ujar Sutrisna.
 
Sementara, dalam prosesi melasti yang dilakukan Desa Pakraman Buleleng diawali dengan prosesi nedunang pralingga dan pratima  Pura Desa Buleleng selanjutnya dilaksanakan persembahyangan bersama dan tepat pukul 14.00 wita melasti ke Pura Segara yang berlokasi di Eks Pelabuhan Buleleng diawali oleh sarad dari Pura Siwa Sapuh Jagat Banjar Paketan diakhiri dengan sarad dari Pura Desa Banjar adat bale Agung diiringi gamelan baleganjur.
 
Dalam perjalanan rombongan dari Banjar Pakraman Delodpeken, Penataran, Banjar Tengah, Banjar Jawa dan Kaliuntu serta Banjar Pakraman Kampung Baru bergabung ditengah rombongan menuju Pura Segara Buleleng.
 
Rombongan melasti menyusuri jalan gajahmada menuju jalan Imam Bonjol dan berkahir di Pura Segara Buleleng. Sebelumnya para pemedek  yang mengusung sarad dan kotak ampilan wajib melintas pada air laut  di bibir pantai  atau dikenal dengan sitilah  mekekobok.
 
 
Prosesi upacara melasti di Pura Segara Buleleng dipimpin oleh Pemangku Kahyangan Tiga Desa Pakraman Buleleng  melalui proses  mendak tirta di tengah laut dilanjutkan  proses ngewangsuh  paica  kahyangan Tiga diakhiri Persembahyangan bersama dan nunas tirta. Setelah itu karma kembali ke Merajan masing-masing.

Reporter: Kominfo NTB



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami